LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PEMURNIAN NAFTALEN DENGAN CARA SUBLIMASI
Nama : Nurillah Novia Hermaniawati
NIM : 1147020048
Kelas : Biologi 2B
Kelompok 3 : Muhammad Zulfikar Mahmudin
Riska Meliani
Sarah Permatasari
Tanggal Praktikum : 07 April 2015
Tanggal Laporan : 13 Mei 2015

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2015
ANALISA KUALITATIF ZAT ORGANIK
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSIONAL
I.
Pendahuluan
A.
Tujuan
·
Mengidentifikasi
zat organik yang belum diketahui
·
Menentukan
kemurnian suatu zat
·
Mengidentifikasi
dan membedakan alkohol dan keton
·
Mengidentifikasi
alkohol
B.
Dasar Teori
Analisis kualitatif dari senyawa organik yaitu identifikasi gugus
fungsionalnya.Senyawa organik yang diketahui gugus fungsionalnya dapat
diketahui pula golongannyakarena setiap golongan senyawa organik mempunyai
sifat tertentu bergantung pada gugusfungsi yang dimilikinya. Senyawa organik
yang memiliki gugus fungsi yang sama secaraumum memiliki sifat yang sama. Gugus
fungsi merupakan letak kereaktifan kimia dalammolekul yang timbul dari ikatan
phi atau dari perbedaan keelektronegatifan antara atom yang berikatan,
jadi ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga
merupakan gugus fungsi. Analisiskualitatif ini menggunakan pereaksi
kimia yang dapat bereaksi secara selektif dengan gugusfungsional senyawa
organik. Hasil reaksinya diharapkan menghasilkan perubahan yang dapatdengan
mudah diamati seperti terbentuknya endapan, perubahan warna, dihasilkannya
gasdan lain sebagainya (Matsjeh, 1986).Gugus fungsi adalah kedudukan
kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompoksenyawa dengan gugus fungsi
tertentu menunjukkan gejala reaksi yang sama. Kesamaantersebut dapat digunakan
untuk mengelompokkan senyawa. Senyawa dengan gugus fungsi yang sama cenderung
mengalami reaksi kimia yangsama. Contohnya beberapa senyawa yang mengandung
gugus hidroksil (-OH) dinamakangolongan senyawa alkohol dan senyawa tersebut
mengalami reaksi yang sama. Gugus alkildinyatakan dengan R yang hanya
mengandung karbon sp3 dan alkohol dapat dinyatakansebagai ROH. Reaksi-reaksi
yang dapat terjadi pada alkohol antara lain reaksi substitusi,reaksi eliminasi,
reaksi oksidasi dan esterifikasi. Alkohol yang memiliki rantai hidrokarbonyang
semakin panjang maka kelarutan alkohol tersebut semakin rendah. Gugus
hidroksilyang banyak dapat memperbesar kelarutan suatu senyawa dalam air
(Fessenden, 1986).
Banyak senyawa organik mempunyai gugus fungsi lebih dari satu,
khususnya senyawaorganik seperti alkaloid, terpenoid dan flavonoid. Gugus fungsi
adalah gugus yangmemberikan karakteristik kepada senyawa organik, oleh karena
itu jika suatu molekulmemiliki dua gugus fungsi berlainan dengan jarak yang
berjauhan, maka senyawa itu akanmempunyai sifat-sifat atau karakteristik dari
masing-masing gugus fungsi, namun apabilaletak kedua gugus fungsi tersebut
berdekatan maka gugus fungsi itu akan saling berinteraksisehingga akan
memberikan sifat-sifat khusus pada senyawa yang bersangkutan yaitu akanmemiliki
sifat hasil gabungan dari kedua gugus yang diikatnya (Matsjeh, 1986).
II.
Metoda Percobaan
A.
Alat Dan Bahan
No
|
Alat
|
Jumlah
|
Bahan
|
Jumlah
|
1.
|
Spatula
|
1 buah
|
Minyak goreng
|
1 tetes
|
2.
|
Pipet tetes
|
1 buah
|
n-butil
alkohol
|
0,5 ml
|
3.
|
Kaca arloji
|
1 buah
|
KmnO4
|
10 tetes
|
4.
|
Gelas kimia
250 ml
|
2 buah
|
Aseton
|
21 tetes
|
5.
|
Tabung reaksi
|
5 buah
|
2,4-dinitrophenilhidrazin
|
1 ml
|
6.
|
Kaki tiga +
kasa
|
1 buah
|
Formaldehid
|
20 tetes
|
7.
|
Pembakar
spirtus
|
1 buah
|
Fehling A
|
1 ml
|
8.
|
Thermometer
|
1 buah
|
Fehling B
|
1 ml
|
9.
|
Rak tabung
|
1 buah
|
HnO3
|
2 ml
|
10.
|
|
|
AgNO3 0,5 M
|
1 ml
|
11.
|
|
|
NH4OH pekat
|
10 tetes
|
12.
|
|
|
Alkohol
|
2 tetes
|
13.
|
|
|
NaOH 1 N
|
8 tetes
|
14.
|
|
|
KI
|
5 tetes
|
15.
|
|
|
Urea
|
1 tetes
|
16.
|
|
|
Phenilhidrazin
|
3 tetes
|
16.
|
|
|
NiSO4 10%
|
6 tetes
|
17.
|
|
|
Metanol
|
1 tetes
|
18.
|
|
|
Indicator
universal
|
1 buah
|
19.
|
|
|
Asam asetat
glacial
|
1 ml
|
20.
|
|
|
H2SO4 pekat
|
2 tetes
|
21.
|
|
|
Aquades
|
3 ml
|
B.
Cara Kerja
1.
Ikatan
Jenuh dengan KmnO4
Larutkan 1 tetes atau 20 mg sampel (minyak goreng) kedalam 0,2 ml
chloroform, kemudian tambahkan KmnO4 0,1 M tetes demi tetes.
2.
Gugus
karbonil (C=C)
a.
Dengan
2,4-dinitrophenilhidrazin
Masukkan 1 tetes atau 20 mg zat sampel (aseton) kedalam 1 ml
pereaksi 2,4-dinitrophenilhidrazin. Kocok campuran tersebut, amati apakah
terjadi endapan atau tidak.
b.
Dengan
Pereaksi Fehling
·
Campurkan
larutan Fehling A dan Fehling B, kemudian tambahkan zat sampel (aseton) dengan
perbandingan 1:1:1. Kocok campuran tersebut kemudian panaskan.
·
Campurkan
larutan Fehling A dan Fehling B, kemudian tambahkan zat sampel (formaldehid)
dengan perbandingan 1:1:1. Kocok campuran tersebut kemudian panaskan.
c.
Dengan
Test Tollen
·
Bersihkan
sebuah tabung reaksi dengan HNO3 panas dan cuci dengan air sampai bersih.
·
Tambahkan
1 ml larutan AgNO3 0,5 M, kemudian encerkan dengan menambahkan NH4OH tetes demi
tetes sampai endapan yang terbentuk melarut.
·
Tambahkan
20 mg atau 1 ml sampel (aseton) kedalam larutan , kemudian kocok dan letakkan
dalam air hangat selama 5 menit.
·
Bersihkan
sebuah tabung reaksi dengan HNO3 panas dan cuci dengan air sampai bersih.
·
Tambahkan
1 ml larutan AgNO3 0,5 M, kemudian encerkan dengan menambahkan NH4OH tetes demi
tetes sampai endapan yang terbentuk melarut.
·
Tambahkan
20 mg atau 1 ml sampel (formaldehid) kedalam larutan , kemudian kocok dan
letakkan dalam air hangat selama 5 menit.
3.
Gugus
Alkohol (OH)
a.
Test
Indikator
Campurkan 20 mg atau 1 tetes zat sampel (methanol) dengan 1 ml
aquades. Periksa larutan dengan indicator universal dan tentukan pH-nya.
b.
Dengan
Pembuatan Ester
Masukkan 1 ml asam asetat glacial kedalam tabung reaksi, kemudian
tambahkan 2 ml zat sampel (n-butilalkohol) dan 2 tetes asam sulfat pekat. Panaskan
tabung reaksi, kemudian kocok dan amati perubahan yang terjadi serta aroma
baunya.
c.
Test
Iodoform
Teteskan 2 ml aquades, 2 tetes alkohol dan 8 tetes larutan NaOH 1 N
kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan tetes demi tetes larutan KI pekat sampai
terjadi endapan kuning. Masukkan thermometer kedalam cairan , hangatkan sampai
60°C selama beberapa menit , catat aroma yang tercium.
4.
Phenilhidrazin-diphenilkarbozida
a.
Test
unuk urea
Masukkan 20 mg atau 1 tetes sampel (urea) kedalam tabung reaksi,
kemudian tambahkan 3 tetes phenilhidrazin. Panaskan sebentar diatas api kecil,
kemudian dinginkan. Tambahkan 6 tetes ammonia pekat dan 6 tetes larutan NiSO4
10%, kocok dan diamkan sebentar. Amati perubahan yang terjadi.
III.
Hasil Pengamatan
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
Ikatan
tak jenuh dengan KmnO4
1 tetes
minyak + 0,5 ml n-butilalkohol + KmnO4 0,1 M
|
Minyak
awalnya berwarna kuning pekat.
N-butilalkohol
berwarna oren.
KmnO4
berwarna ungu.
Setelah
dicamurkan lerutan menjadi berwarna coklat muda dan terdapat endapan coklat
tua.
|
2.
Gugus
karbonil (C=C)
Dengan
2,4-dinitrophenilhidrazin
1 tetes
aseton + 1 ml 2,4-dinitrophenilhidrazin.
Dengan
pereaksi Fehling
Fehling A + B
+ aseton dipanaskan.
Fehling A + B
+ formaldehid dipanaskan.
Dengan test
tollen
HNO3
dipanaskan, AgNO3 1 ml + NH4OH. Larutan putih + 1 ml formaldehid dikocok dan
dipanaskan.
HNO3
dipanaskan, AgNO3 1 ml + NH4OH. Larutan putih + 1 ml aseton dikocok dan dipanaskan
|
Aseton tidak
berwarna, 2,4-dinitriphenilhidrazin berwarna kuning.
Setelah
dicampurkan larutan menjadi kuning pekat dan keruh
Fehling A
berwarna biru muda, Fehling B tidak berwarna berwarna, aseton tidak berwarna
tetapi berbau.
Setelah
dicampurkan lerutan menjadi berwarna biru tua.
Dan setelah
dipanaskan larutan menjadi hijau tosca keruh dan terdapat endapan berwarna
hijau tua.
Fehling A
berwarna biru muda, Fehling B tidak berwarna berwarna, formaldehid tidak
berwarna.
Setelah
dicampurkan larutan menjadi berwarna tosca tua.
Setelah
dipanaskan larutan berubah menjadi berwarna hijau tosca muda keruh.
HNO3 tidak
berwarna, AgNo3 tidak berwarna, NH4OH tidak berwarna.
Setelah
dicampurkan larutan menjadi berwarna putih. Larutan putih dicampurkan dengan
formaldehid tidak berwarna menjadi larutan putih keruh terdapat endapan kotor
setelah dikocok dan dipanaskan.
HNO3 tidak
berwarna, AgNo3 tidak berwarna, NH4OH tidak berwarna.
Setelah
dicampurkan larutan menjadi berwarna putih. Larutan putih dicampurkan dengan
aseton tidak berwarna menjadi larutan tetap tidak berwarna, tetapi terdapat
endapan seperti pasir.
|
3.
Gugus
Alkohol
Test
indikator
1 tets
metanol + 1 ml aquades, lalu diperiksa indikatornya.
Dengan
pembuatan ester
1 ml CH3COOH
+ 2 ml n-butilalkohol + 2 tetes H2SO4 pekat
Test iodoform
2 ml aquades
+ 2 tetes alkohol + 8 tetes NaOH 1 N + KI lalu dipanaskan.
|
Methanol dan
aquades tidak berwarna , setelah dicampurkan larutan tetap tidak berwarna dan
setelah diperiksa dengan indicator universal larutan menunjukkan pH = 7.
CH3COOh
larutan tidak berwarna, n-bitulalkohol berwarna oren, H2SO4 berwarna kuning
buram. Setelah dicampurkan menjadi berwarna coklat, dan setelah dipanaskan
dan kocok larutan menghasilkan bau.
aquadea,
alkohol, dan NaOH merupakan larutan yang tidak berwarna. Ki berwarna kuning
muda.
Setelah
dicampurkan menghasilkan larutan tidak berwarna dan terdapat butiran-butiran
hitam.
|
4.
Penihildrazin
1 tetes urea
+ 3 tetes penilhidrazin panaskan dan dinginkan. + 6 tetes ammonia + 6 tetes
NiSO4 10% lalu kocok.
|
Urea tidak
berwarna dan penilhidrazin berwarna coklat tua, setelah dicampurkan larutan
berwarna coklat tua dan tidak homogen, tetapi setelah dipanaskan larutan
menjadi homogen dan berwarna coklat. Lalu ditetesi ammonia larutan terdapat
cincin dan di tetesi NiSO4 10% berwarna biru muda, larutan menjadi coklat
setelah dipanaskan larutan berubah manjadi berbusa atau berbuih.
|
IV.
Pembahasan
Hidrokrbon merupakan senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen.
Berdasarkan jenis ikatan karbon-karbonnya, hidrogen digolongkan menjadi 3
golongan, yaitu hidrokarbon jenuh, hidrokarbon tak jenuh dan hidrokarbon
aromatik. Salah satu dalam langkah menganalisa zat organik yaitu dengan cara
mengidebtifikasi gugus fungsional. Gugus fungsi yang terkandung dalam suatu
campuran atau larutanpun berbeda, apakah gugus fungsi alkohol, eter, aldehid,
keton, asam karboksilat, alkana, alkena, atau alkuna.
1.
Ikatan
tak jenuh dengan KmnO4
Hidrokarbon jenuh dikenal dengan alkana ika keadaannya ariklik dan
disebut sikloalkana jika keadaannya siklik. Untuk membedakan senyawa alkana dan
alkena dapat dilakukan ji kualitatif yaitu dengan penambahan KMnO4. Dengan
adanya penambahan KMnO4, senyawa alkena akan bereaksi dengan KMnO4, reaksi
antara 1 tetes minyak + 0,5 n-butilalkohol + KMnO4 0,1 ml menghasilkan 2 fasa
yaitu fasa atas laruta berwarna coklat muda dan fasa bawah endapan warna coklat
tua. Saat reaksi berlangsung, warna coklat tua dari ion permangat akan berubah
menjadi endapan coklat tua dari MnO4. Dengan adanya penambahan inilah, maka
KMnO4 dapat digunakan untuk membedakan senyawa alkena dari alkana yang umumnya
tidak bereaksi dengan KMnO4.
2.
Gugus
Karbonil
Dengan 2,4dinitrophenilhidrazin
Hasil reaksi 1 tetes aseton + 1 ml 2,4-dinitrophenilhidrazin
menghasilkan larutan yang berwarna kuning pekat dan keruh. Dengan perubahan
ini, maka penambahan 2,4-dinitrophenolhidrazin dapat digunakan untuk membedakan
senyawa alkena dari alkana.
Dengan pereaksi fehling
Tes fehling tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa
aldehid aromatis, sebab stabilita resonansi yang timbul dari ikatan antara
gugus karbonil dan cincin benzena tidak dapat teroksidasi oleh larutan
fengling. Tes fehling juga akan menunjukkan uji positif terhadap keberadaan
asam fumarat didalam sampel uji. Pemanasan pada uji fehling dilakukan agar
mempercepat reaksi yang berlangsung.
Saat fehling A+B dicampurkan dengan aseton akan menghasilkan
larutan hijau tosca tua keruh yang terdapat endapan hijau tua setelah
dipanaskan.
Saat fehling A + B
dicampurkan formaldehid akam menghasilkan larutan tosca muda dan keruh
setelah larutan dipanaskan.
Dengan tes tollen
Dilakukan dengan mereaksikan 1 ml AgNO3 dan NaOH + 1 ml aseton lalu
dipanaskan. Hasilnya terdapat endapan seperti pasir berwarna perak dengan
larutan tidak berwarna. Cara ini juga dilakukan untuk sampel formaldehid,
hasinya adalah larutan berwarna putih keruh dan terdapat endapan kotor.
Tes tollen merupakan kualitatif yang sifatnya spesifik untuk
mengidentifikasi aldehid dan selain senyawa aldehid. Uji positif pada tes
tollen yang ditandai degan terbntuknya endapan perak. Hal ini terjadi karena
ion Ag+ yang ada pada reagensi tollens direduksi menjadi ion Ag.
3.
Gugus
alkohol
Tes indikator
Pada tes indikator dilakukan pencampuran mtanol dengan aquades dan
diuji pHnya dengan menggunakan indicator universal sehinggga pH yang diproleh
pH = 7. Angka tersebut menunjukan bahwa larutan tersebut bersifat netral dang
mengandung gugus alkohol.
Dengan pembuatan ester
Yaitu dengan mereaksikan CH3COOH + n-butilalkohol + H2SO4
menghasilkan larutan berwarna coklat dan berbau setelah dipanaskan. Hal ini
dapat terjadi karena ester bersifat aromatis, artinya mempunyai aroma yang khas.
Sedangkan aroma cuka pekatnya diperoleh dari asam asetat glacial, karena asam
asetat glasial merupakan senyawa yang paling reaktif.
Test iodoform
Dilakukan dengan mereaksikan aquades + alkohol + NaOH + KI yang
kemudian dipanaskan pada suhu 60°C. Menghasilkan larutan yang tidak berwarna
terdapat butiran-butiran hitam dan menghasilkan larutan yang berbau.
4.
Phenilhidrazin-dhiphenilkarbozida
Dilakukan dengan mereaksikan urea + phenilhidrazin +ammonia +
NiSO4. Hasilnya adalah larutan berwarna coklat berubah menjadi berbusa atau
berbuih.
V.
Kesimpulan
-
Mngidentifikasi
zat organik yang belum diketahui dengan cara uji kualitatif, yaitu slah satunya
dengan menambahkan senyawa KMnO4 kedalam larutan tersebut.
-
Cara
membadakan alkohol dan keton yaitu dengn melihat komponen larutan atau senyawa
untuk beroksidasi.
-
Identifikasi
alkohol dengan cara test indicator.
VI.
Daftar Pustaka
Brandy, E. 1989. Kimia . Jakarta : Binaputra Aksara.
Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jakarta :
Erlangga.
Fessenden
Ralph, J., dan Joan, S. Fesenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga
Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Heart, H. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Matsjeh, Sabirin. 1986. Kimia Organik II .
Jakarta: Gramedia
Pangayanta, T. 2006. Tuntas Kimia. Jakarta : Erlangga.
Purba, M. 2004. Kimia. Jakarta : Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar