Kamis, 28 Desember 2017

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PEMURNIAN NAFTALEN DENGAN CARA SUBLIMASI

Nama : Nurillah Novia Hermaniawati
NIM   : 1147020048
Kelas  : Biologi 2B
Kelompok 3 : Muhammad Zulfikar Mahmudin
Riska Meliani
Sarah Permatasari
Tanggal Praktikum :  07  April  2015
Tanggal Laporan    : 13  Mei 2015


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM  NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2015
ANALISA KUALITATIF ZAT ORGANIK
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSIONAL
I.       Pendahuluan
A.    Tujuan
·         Mengidentifikasi zat organik yang belum diketahui
·         Menentukan kemurnian suatu zat
·         Mengidentifikasi dan membedakan alkohol dan keton
·         Mengidentifikasi alkohol
B.     Dasar Teori
Analisis kualitatif dari senyawa organik yaitu identifikasi gugus fungsionalnya.Senyawa organik yang diketahui gugus fungsionalnya dapat diketahui pula golongannyakarena setiap golongan senyawa organik mempunyai sifat tertentu bergantung pada gugusfungsi yang dimilikinya. Senyawa organik yang memiliki gugus fungsi yang sama secaraumum memiliki sifat yang sama. Gugus fungsi merupakan letak kereaktifan kimia dalammolekul yang timbul dari ikatan phi atau dari perbedaan keelektronegatifan antara atom yang berikatan, jadi ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga merupakan gugus fungsi. Analisiskualitatif ini menggunakan pereaksi kimia yang dapat bereaksi secara selektif dengan gugusfungsional senyawa organik. Hasil reaksinya diharapkan menghasilkan perubahan yang dapatdengan mudah diamati seperti terbentuknya endapan, perubahan warna, dihasilkannya gasdan lain sebagainya (Matsjeh, 1986).Gugus fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompoksenyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukkan gejala reaksi yang sama. Kesamaantersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan senyawa. Senyawa dengan gugus fungsi yang sama cenderung mengalami reaksi kimia yangsama. Contohnya beberapa senyawa yang mengandung gugus hidroksil (-OH) dinamakangolongan senyawa alkohol dan senyawa tersebut mengalami reaksi yang sama. Gugus alkildinyatakan dengan R yang hanya mengandung karbon sp3 dan alkohol dapat dinyatakansebagai ROH. Reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada alkohol antara lain reaksi substitusi,reaksi eliminasi, reaksi oksidasi dan esterifikasi. Alkohol yang memiliki rantai hidrokarbonyang semakin panjang maka kelarutan alkohol tersebut semakin rendah. Gugus hidroksilyang banyak dapat memperbesar kelarutan suatu senyawa dalam air (Fessenden, 1986).
Banyak senyawa organik mempunyai gugus fungsi lebih dari satu, khususnya senyawaorganik seperti alkaloid, terpenoid dan flavonoid. Gugus fungsi adalah gugus yangmemberikan karakteristik kepada senyawa organik, oleh karena itu jika suatu molekulmemiliki dua gugus fungsi berlainan dengan jarak yang berjauhan, maka senyawa itu akanmempunyai sifat-sifat atau karakteristik dari masing-masing gugus fungsi, namun apabilaletak kedua gugus fungsi tersebut berdekatan maka gugus fungsi itu akan saling berinteraksisehingga akan memberikan sifat-sifat khusus pada senyawa yang bersangkutan yaitu akanmemiliki sifat hasil gabungan dari kedua gugus yang diikatnya (Matsjeh, 1986).

















II.                Metoda Percobaan
A.    Alat Dan Bahan
No
Alat
Jumlah
Bahan
Jumlah
1.
Spatula
1 buah
Minyak goreng
1 tetes
2.
Pipet tetes
1 buah
n-butil alkohol
0,5 ml
3.
Kaca arloji
1 buah
KmnO4
10 tetes
4.
Gelas kimia 250 ml
2 buah
Aseton
21 tetes
5.
Tabung reaksi
5 buah
2,4-dinitrophenilhidrazin
1 ml
6.
Kaki tiga + kasa
1 buah
Formaldehid
20 tetes
7.
Pembakar spirtus
1 buah
Fehling A
1 ml
8.
Thermometer
1 buah
Fehling B
1 ml
9.
Rak tabung
1 buah
HnO3
2 ml
10.


AgNO3 0,5 M
1 ml
11.


NH4OH pekat
10 tetes
12.


Alkohol
2 tetes
13.


NaOH 1 N
8 tetes
14.


KI
5 tetes
15.


Urea
1 tetes
16.


Phenilhidrazin
3 tetes
16.


NiSO4 10%
6 tetes
17.


Metanol
1 tetes
18.


Indicator universal
1 buah
19.


Asam asetat glacial
1 ml
20.


H2SO4 pekat
2 tetes
21.


Aquades
3 ml

B.     Cara Kerja
1.      Ikatan Jenuh dengan KmnO4
Larutkan 1 tetes atau 20 mg sampel (minyak goreng) kedalam 0,2 ml chloroform, kemudian tambahkan KmnO4 0,1 M tetes demi tetes.
2.      Gugus karbonil (C=C)
a.       Dengan 2,4-dinitrophenilhidrazin
Masukkan 1 tetes atau 20 mg zat sampel (aseton) kedalam 1 ml pereaksi 2,4-dinitrophenilhidrazin. Kocok campuran tersebut, amati apakah terjadi endapan atau tidak.
b.      Dengan Pereaksi Fehling
·         Campurkan larutan Fehling A dan Fehling B, kemudian tambahkan zat sampel (aseton) dengan perbandingan 1:1:1. Kocok campuran tersebut kemudian panaskan.
·         Campurkan larutan Fehling A dan Fehling B, kemudian tambahkan zat sampel (formaldehid) dengan perbandingan 1:1:1. Kocok campuran tersebut kemudian panaskan.
c.       Dengan Test Tollen
·         Bersihkan sebuah tabung reaksi dengan HNO3 panas dan cuci dengan air sampai bersih.
·         Tambahkan 1 ml larutan AgNO3 0,5 M, kemudian encerkan dengan menambahkan NH4OH tetes demi tetes sampai endapan yang terbentuk melarut.
·         Tambahkan 20 mg atau 1 ml sampel (aseton) kedalam larutan , kemudian kocok dan letakkan dalam air hangat selama 5 menit.

·         Bersihkan sebuah tabung reaksi dengan HNO3 panas dan cuci dengan air sampai bersih.

·         Tambahkan 1 ml larutan AgNO3 0,5 M, kemudian encerkan dengan menambahkan NH4OH tetes demi tetes sampai endapan yang terbentuk melarut.

·         Tambahkan 20 mg atau 1 ml sampel (formaldehid) kedalam larutan , kemudian kocok dan letakkan dalam air hangat selama 5 menit.
3.      Gugus Alkohol (OH)
a.       Test Indikator
Campurkan 20 mg atau 1 tetes zat sampel (methanol) dengan 1 ml aquades. Periksa larutan dengan indicator universal dan tentukan pH-nya.
b.      Dengan Pembuatan Ester
Masukkan 1 ml asam asetat glacial kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 ml zat sampel (n-butilalkohol) dan 2 tetes asam sulfat pekat. Panaskan tabung reaksi, kemudian kocok dan amati perubahan yang terjadi serta aroma baunya.
c.       Test Iodoform
Teteskan 2 ml aquades, 2 tetes alkohol dan 8 tetes larutan NaOH 1 N kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan tetes demi tetes larutan KI pekat sampai terjadi endapan kuning. Masukkan thermometer kedalam cairan , hangatkan sampai 60°C selama beberapa menit , catat aroma yang tercium.
4.      Phenilhidrazin-diphenilkarbozida
a.       Test unuk urea
Masukkan 20 mg atau 1 tetes sampel (urea) kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 3 tetes phenilhidrazin. Panaskan sebentar diatas api kecil, kemudian dinginkan. Tambahkan 6 tetes ammonia pekat dan 6 tetes larutan NiSO4 10%, kocok dan diamkan sebentar. Amati perubahan yang terjadi.




III.             Hasil Pengamatan
Perlakuan
Hasil
1.      Ikatan tak jenuh dengan KmnO4
1 tetes minyak + 0,5 ml n-butilalkohol + KmnO4 0,1 M
Minyak awalnya berwarna kuning pekat.
N-butilalkohol berwarna oren.
KmnO4 berwarna ungu.
Setelah dicamurkan lerutan menjadi berwarna coklat muda dan terdapat endapan coklat tua.
2.      Gugus karbonil (C=C)
Dengan 2,4-dinitrophenilhidrazin
1 tetes aseton + 1 ml 2,4-dinitrophenilhidrazin.

Dengan pereaksi Fehling
Fehling A + B + aseton  dipanaskan.








Fehling A + B + formaldehid dipanaskan.









Dengan test tollen
HNO3 dipanaskan, AgNO3 1 ml + NH4OH. Larutan putih + 1 ml formaldehid dikocok dan dipanaskan.






HNO3 dipanaskan, AgNO3 1 ml + NH4OH. Larutan putih + 1 ml aseton  dikocok dan dipanaskan
Aseton tidak berwarna, 2,4-dinitriphenilhidrazin berwarna kuning.
Setelah dicampurkan larutan menjadi kuning pekat dan keruh

Fehling A berwarna biru muda, Fehling B tidak berwarna berwarna, aseton tidak berwarna tetapi berbau.
Setelah dicampurkan lerutan menjadi berwarna biru tua.
Dan setelah dipanaskan larutan menjadi hijau tosca keruh dan terdapat endapan berwarna hijau tua.


Fehling A berwarna biru muda, Fehling B tidak berwarna berwarna, formaldehid tidak berwarna.

Setelah dicampurkan larutan menjadi berwarna tosca tua.

Setelah dipanaskan larutan berubah menjadi berwarna hijau tosca muda keruh.


HNO3 tidak berwarna, AgNo3 tidak berwarna, NH4OH tidak berwarna.
Setelah dicampurkan larutan menjadi berwarna putih. Larutan putih dicampurkan dengan formaldehid tidak berwarna menjadi larutan putih keruh terdapat endapan kotor setelah dikocok dan dipanaskan.


HNO3 tidak berwarna, AgNo3 tidak berwarna, NH4OH tidak berwarna.
Setelah dicampurkan larutan menjadi berwarna putih. Larutan putih dicampurkan dengan aseton tidak berwarna menjadi larutan tetap tidak berwarna, tetapi terdapat endapan seperti pasir.
3.      Gugus Alkohol
Test indikator
1 tets metanol + 1 ml aquades, lalu diperiksa indikatornya.




Dengan pembuatan ester
1 ml CH3COOH + 2 ml n-butilalkohol + 2 tetes H2SO4 pekat





Test iodoform
2 ml aquades + 2 tetes alkohol + 8 tetes NaOH 1 N + KI lalu dipanaskan.


Methanol dan aquades tidak berwarna , setelah dicampurkan larutan tetap tidak berwarna dan setelah diperiksa dengan indicator universal larutan menunjukkan pH = 7.

CH3COOh larutan tidak berwarna, n-bitulalkohol berwarna oren, H2SO4 berwarna kuning buram. Setelah dicampurkan menjadi berwarna coklat, dan setelah dipanaskan dan kocok larutan menghasilkan bau.




aquadea, alkohol, dan NaOH merupakan larutan yang tidak berwarna. Ki berwarna kuning muda.
Setelah dicampurkan menghasilkan larutan tidak berwarna dan terdapat butiran-butiran hitam.

4.      Penihildrazin
1 tetes urea + 3 tetes penilhidrazin panaskan dan dinginkan. + 6 tetes ammonia + 6 tetes NiSO4 10% lalu kocok.

Urea tidak berwarna dan penilhidrazin berwarna coklat tua, setelah dicampurkan larutan berwarna coklat tua dan tidak homogen, tetapi setelah dipanaskan larutan menjadi homogen dan berwarna coklat. Lalu ditetesi ammonia larutan terdapat cincin dan di tetesi NiSO4 10% berwarna biru muda, larutan menjadi coklat setelah dipanaskan larutan berubah manjadi berbusa atau berbuih.





IV.             Pembahasan
Hidrokrbon merupakan senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen. Berdasarkan jenis ikatan karbon-karbonnya, hidrogen digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu hidrokarbon jenuh, hidrokarbon tak jenuh dan hidrokarbon aromatik. Salah satu dalam langkah menganalisa zat organik yaitu dengan cara mengidebtifikasi gugus fungsional. Gugus fungsi yang terkandung dalam suatu campuran atau larutanpun berbeda, apakah gugus fungsi alkohol, eter, aldehid, keton, asam karboksilat, alkana, alkena, atau alkuna.
1.      Ikatan tak jenuh dengan KmnO4
Hidrokarbon jenuh dikenal dengan alkana ika keadaannya ariklik dan disebut sikloalkana jika keadaannya siklik. Untuk membedakan senyawa alkana dan alkena dapat dilakukan ji kualitatif yaitu dengan penambahan KMnO4. Dengan adanya penambahan KMnO4, senyawa alkena akan bereaksi dengan KMnO4, reaksi antara 1 tetes minyak + 0,5 n-butilalkohol + KMnO4 0,1 ml menghasilkan 2 fasa yaitu fasa atas laruta berwarna coklat muda dan fasa bawah endapan warna coklat tua. Saat reaksi berlangsung, warna coklat tua dari ion permangat akan berubah menjadi endapan coklat tua dari MnO4. Dengan adanya penambahan inilah, maka KMnO4 dapat digunakan untuk membedakan senyawa alkena dari alkana yang umumnya tidak bereaksi dengan KMnO4.
2.      Gugus Karbonil
Dengan 2,4dinitrophenilhidrazin
Hasil reaksi 1 tetes aseton + 1 ml 2,4-dinitrophenilhidrazin menghasilkan larutan yang berwarna kuning pekat dan keruh. Dengan perubahan ini, maka penambahan 2,4-dinitrophenolhidrazin dapat digunakan untuk membedakan senyawa alkena dari alkana.
Dengan pereaksi fehling
Tes fehling tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa aldehid aromatis, sebab stabilita resonansi yang timbul dari ikatan antara gugus karbonil dan cincin benzena tidak dapat teroksidasi oleh larutan fengling. Tes fehling juga akan menunjukkan uji positif terhadap keberadaan asam fumarat didalam sampel uji. Pemanasan pada uji fehling dilakukan agar mempercepat reaksi yang berlangsung.
Saat fehling A+B dicampurkan dengan aseton akan menghasilkan larutan hijau tosca tua keruh yang terdapat endapan hijau tua setelah dipanaskan.
Saat fehling A + B  dicampurkan formaldehid akam menghasilkan larutan tosca muda dan keruh setelah larutan dipanaskan.
Dengan tes tollen
Dilakukan dengan mereaksikan 1 ml AgNO3 dan NaOH + 1 ml aseton lalu dipanaskan. Hasilnya terdapat endapan seperti pasir berwarna perak dengan larutan tidak berwarna. Cara ini juga dilakukan untuk sampel formaldehid, hasinya adalah larutan berwarna putih keruh dan terdapat endapan kotor.
Tes tollen merupakan kualitatif yang sifatnya spesifik untuk mengidentifikasi aldehid dan selain senyawa aldehid. Uji positif pada tes tollen yang ditandai degan terbntuknya endapan perak. Hal ini terjadi karena ion Ag+ yang ada pada reagensi tollens direduksi menjadi ion Ag.
3.      Gugus alkohol
Tes indikator
Pada tes indikator dilakukan pencampuran mtanol dengan aquades dan diuji pHnya dengan menggunakan indicator universal sehinggga pH yang diproleh pH = 7. Angka tersebut menunjukan bahwa larutan tersebut bersifat netral dang mengandung gugus alkohol.
Dengan pembuatan ester
Yaitu dengan mereaksikan CH3COOH + n-butilalkohol + H2SO4 menghasilkan larutan berwarna coklat dan berbau setelah dipanaskan. Hal ini dapat terjadi karena ester bersifat aromatis, artinya mempunyai aroma yang khas. Sedangkan aroma cuka pekatnya diperoleh dari asam asetat glacial, karena asam asetat glasial merupakan senyawa yang paling reaktif.
Test iodoform
Dilakukan dengan mereaksikan aquades + alkohol + NaOH + KI yang kemudian dipanaskan pada suhu 60°C. Menghasilkan larutan yang tidak berwarna terdapat butiran-butiran hitam dan menghasilkan larutan yang berbau.
4.      Phenilhidrazin-dhiphenilkarbozida
Dilakukan dengan mereaksikan urea + phenilhidrazin +ammonia + NiSO4. Hasilnya adalah larutan berwarna coklat berubah menjadi berbusa atau berbuih.




V.                Kesimpulan
-          Mngidentifikasi zat organik yang belum diketahui dengan cara uji kualitatif, yaitu slah satunya dengan menambahkan senyawa KMnO4 kedalam larutan tersebut.
-          Cara membadakan alkohol dan keton yaitu dengn melihat komponen larutan atau senyawa untuk beroksidasi.
-          Identifikasi alkohol dengan cara test indicator.

VI.             Daftar Pustaka
Brandy, E. 1989. Kimia . Jakarta : Binaputra Aksara.
Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Fessenden Ralph, J., dan Joan, S. Fesenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Heart, H. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Matsjeh, Sabirin. 1986. Kimia Organik II . Jakarta: Gramedia
Pangayanta, T. 2006. Tuntas Kimia. Jakarta : Erlangga.

Purba, M. 2004. Kimia. Jakarta : Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar