Kamis, 28 Desember 2017

LAPORAN
PRAKTIKUM MIKROTEKNIK
PENGAWETAN TANAMAN BASAH MENGGUNAKAN LARUTAN FAA

Nama : Nurillah Novia Hermaniawati
NIM : 1147020048
Semester/ Kelompok : II.B/ 1
Tanggal Praktikum : 17  Maret 2015
Tanggal Pengumpulan : 27 Maret 2015
Dosen : Drs. H. Momi Sahromi
Asisten : Rahmat Taufiq M.A., S.Si

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015

PENGAWETAN TANAMAN BASAH MENGGUNAKAN LARUTAN FAA
I.                   PENDAHULUAN
1.1              Tujuan
Pada praktikum ini bertujuan untuk :
·         Mahasiswa mampu membuat larutan FAA pengawetan basah bagi tumbuhan.
·         Mahasiswa mampu mengetahui fungsi dari larutan FAA pengawetan yang digunakan.
·         Mahasiswa mampu mengetahui manfaat pengawetan tumbuhan.
2.1 Dasar Teori
            Tumbuhan berdasarkan tingkat kerumitan organisasi tubuhnya digolongkan menjadi beberapa divisi yaitu mulai yang paling rendah sampai yang paling tinggi mulai dari Schyzophyta, Bryophita, Pterydophyta dan Spermatophyta. Dalam klasifikasi terbaru yaitu (Cronquist, 1981) tumbuhan berbiji (Spermatophyta) dibagi menjadi dua divisi yang baru yaitu Pinophyta (dulu Gymnospermae) dan Magnoliophyta (dulu Angiospermae). Tumbuhan alga termasuk ke dalam divisi Schyzophyta, tumbuhan lumut ke dalam Bryophyta, tumbuhan paku-pakuan ke dalam Pterydophyta, sedangkan tumbuhan berbiji terbuka termasuk ke dalam Pinophyta, tumbuhan berbiji tertutup yang meliputi golongan tumbuhan dikotil dan mo
nokotil termasuk ke dalam divisi Magnoliophyta (Tim Dosen Pembina, 2012).
Keanekaragaman organisme tumbuhan adalah bermacam-macamnya kehidupan tumbuhan. Sampai saat ini, dijelaskan oleh para ahli bahwa di muka bumi ini terdapat jutaan jenis tumbuhan dimana semakin jeli pencermatan atau semakin tinggi tumbuhan yang terdapat pada keanekaragaman tumbuhan ini maka semakin timggi pula tingkat kerumitan struktur dan kompleks dari tumbuhan itu sendiri. Kingdom plantae bersifat multiseluler, eukariotik, sel-sel jaringannya mengalami spesialisasi, autotrof fotosintetik, embrio multiseluler berkembang di dalam jaringan, gametofit multiselular dan sporofit yang bersifat diploid ( 2n) di dalam gametofit pada pergiliran keturunan dengan generasi gametofit yang bersifat haploid (n). Lebih dari 280.000 jenis tumbuhan hidup di dalam ekosistem air (tawar dan laut), daratan dan pegunungan. Sebagian besar merupakan tumbuhan yang tubuhnya telah dilengkapi dengan berkas pengangkut termasuk tumbuhan berpembuluh dan sebagian kecil tubuhnya tidak dilengkapi dengan berkas pengangkut adalah kelompok tumbuhan tidak berpembuluh (Waluyo, 2006) .
Tumbuhan berpembuluh merupakan tumbuhan yang lebih sempurna daripada tumbuhan tidak berpembuluh karena telah memiliki akar, batang, dan daun. Selain itu, juga telah memiliki pembuluh yang merupakan jaringan pengangkut. Jaringan pengangkut berupa dua pembuluh, yaitu xylem dan floem. Xylem berfungsi untuk menyerap air dan garam mineral dari dalam tanah dan diangkut ke daun. Floem berfungsi untuk mengangkut sari makanan hasil fotosintesis dan mengedarkan ke seluruh tubuh tumbuhan. Tumbuhan berpembuluh ini terdiri atas dua kelompok, yaitu tumbuhan paku (Pteridophyita) dan tumbuhan biji (Spermatophyta). Tumbuhan biji dibagi lagi menjadi tumbuhan berbiji terbuka (Pinophyta) dan tumbuhan berbiji tertutup (Magnoliophyta) (Dwidjoseputro, 1986).
Karakteristik tumbuhan yang akan diambil spesimennya juga menentukan waktu pada tahap-tahap pemrosesan. Misalnya waktu yang berlebih pada suatu tahap pengecatan akan mengakibatkan suatu warna menjadi terlalu gelap dan mungkin warna lainnya menjadi kurang atau bahkan hilang. Keberhasilan pembuatan preparat permanen ini tergantung pada lima tahap yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi, penjernihan, perembesan dan pengeblokan parafin serta pew arnaan. Larutan fiksatif yang dipilih, perembesan parafin yang bagus dan zat warna yang akan digunakan menentukan keberhasilan preparat irisan (Setjo, 2004).
Dalam pembuatan preparat hendaknya dipahami karakteristik tanaman yang akan diambil sebagai spesimen. Karakteristik tersebut dapat berdasarkan atas pengelompokan jenis batang, termasuk dalam herba atau berkayu kemudian dilanjutkan berdasarkan penentuan tumbuhan tersebut tergolong dalam angiospermae atau gymnospermae dan selanjutnya tumbuhan itu tergolong dalam tumbuhan dikotil atau monokotil. Perbedaan karakteristik tumbuhan yang akan diambil sebagai spesimen menentukan larutan fiksatif dan zat warna yang akan digunkan dalam pembuatan preparat (Widjajanto, 2001).




II.                METODA PERCOBAAN
2.1              Alat dan Bahan
No
Alat
Jumlah
Bahan
Jumlah
1.
Botol jam
1 buah
Hydrilla verticilata
1 pohon
2.
Gelas ukur
1 buah
Formalin  
7,5 ml
3.
Gelas kimia 250 mL
1 buah
Asam cuka
2,9 ml
4.
Kaca preparat
1 buah
Alkohol
49,1 ml
5.
Benang
1 helai
Aquades
65,5 ml

2.2              Cara Kerja
Alat dan bahan
 




-         
Tumbuhan Hidrylla
Disiapkan




-          Diikat pada kaca preparat dengan benang
-          Disiapkan larutan FAA
-          Dimasukkan ke toples
-          Ditutup
-          Diamati perubahannya
Hasil
 








2.3 Perhitungan
Diketahui :
Volume toples/2 = 250/2

Perbandingan larutan = Formalin : asam cuka : alkohol
                                    = 6,5 : 2,5 : 100
Ditanyakan :
Perbandingan larutan untuk 125 ml ?
Jawab :
Formalin          = 6,5 / 109 x 125
                        = 7,5 ml
Asam cuka      = 2,5 / 109 x 125
                        = 2,9 ml
Alkohol 70 %  = 100 / 109 x 125
= 11,46 ml      
                        = 49,1 ml
Aquades          = 125 – 59,5    
                        = 65, 5 ml

                         



III.             HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Literatur
1
3
2

Sumber : (Dokumentasi pribadi, 2015)

4

Sumber : (Dokumentasi pribadi, 2015)

3
2
1
Sumber : (Furqonita, 2007)








Keterangan :
1.      Daun
2.      Batang
3.      Akar
4.      Botol jam


Pembahasan :
                Pada praktikum kali ini yaitu awetan tanaman Hydrilla dengan menggunakan larutan FAA. Tanaman Hydrilla  merupakan tanaman yang termasuk ke dalam tanaman hidrofit. Namun Hydrilla masuk kedalam jenis hidrofit melayang dalam air. Hydrilla memiliki akar, daun, bunga, danaxis. Daun pada Hydrilla berbentuk pita, tipis, dan tidak memiliki tangkai daun. Bentuk batangnya bulat dan memiliki banyak percabangan. Sistem perakarannya serabut namun terbenam dalam tanah dan akar adventifnya berada dalam air, namun akar adventif ini memiliki perkembangan yang kurang (Hidayat, 1995).
            Klasifikasi tanaman Hydrilla verticillata (Soekartawi, 1994) :
Kingdom                     : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom                : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi                : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                           : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                           : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas                    : Alismatidae
Ordo                            : Hydrocharitales
Famili                          : Hydrocharitaceae
Genus                          : Hydrilla
Spesies                        : Hydrilla verticillata (L. f.) Royle
            Pada praktikum menggunakan larutan FAA (Formalin, alkohol dan asam asetat). Larutan FAA berfungsi untuk menghentikan aktifitas pembelahan dan mempertahankan keadaan sel seperti saat membelah. Dengan perbandingan larutan formalin : asam asetat : alkohol (6,5 : 2,5 : 100), jika lebih dari itu dapat menyebabkan spesimen menjadi rusak terutama pada organ-organnya.



VI. KESIMPULAN

1.      Larutan awetan untuk tumbuhan paku menggunakan larutan FAA (formalin, alkohol, asam asetat) dengan aquades.
2.      Penggunaan larutan FAA yang tidak berlebihan sebagai larutan awetan adalah agar pada spesimen yang digunakan tidak mudah rusak atau hancur serta dapat membunuh kuman dan jamur.
3.      Awetan dilakukan agar mengetahui secara praktis spesimen yang diamati.


DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Jakarta: Erlngga.
Hidayat. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB Press.
Setjo. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang : Universitas Negeri Malang.
Soekartawi. 1994. Tanaman Semusim. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Tim Dosen Pembina. 2012. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember: Universitas Jember.
Waluyo. 2006. Biologi Dasar. Jember : Universitas Jember.
Widjajanto. 2001. Mikroteknik Tumbuhan. Malang : Universitas Negeri Malang.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar