Kamis, 28 Desember 2017

LAPORAN
PRAKTIKUM MIKROTEKNIK
AWETAN BASAH HEWAN
http://www.uinsgd.ac.id/_multimedia/photo/20120718/20120718120007_logo-uin.png
Nama : Nurillah Novia Hermaniawati
NIM : 1147020048
Semester/ Kelompok : II.B/ 1
Tanggal Praktikum : 17 Februari 2015
Tanggal Pengumpulan : 24 Februari 2015
Dosen : Drs. H. Momi Sahromi
Asisten : Rahmat Taufiq M.A., S.Si

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015




AWETAN BASAH HEWAN
I.Pendahuluan
1.1 Tujuan
Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pengawetan basah pada hewan mollusca.
1.2 Dasar Teori
Pengawetan basah dilakukan untuk serangga-serangga yang bertubuh lunak [umumnya fase larva] dilakukan dengan cara menyimpan serangga didalam botol yang telah diisi dengan alkohol 80%, dengan ketentuan bahwa spesimen yang diawetkan dalam alkohol harus disimpan dalam botol gelas dengan tutup yang rapat. Menggunakan botol plastik tidak baik untuk tempat spesimen karena mudah retak apabila diisi dengan alkohol. Pilih botol yang cukup besarnya agar spesimen tidak tertekuk dan hancur, selain itu juga akan memudahkan pengambilan pada saat akan diteliti/diamati. Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus= lunak) merupakan hewan yang bertubuhlunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran dan bentuk Molluscasangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnyalebih dari 18 m seperti cumi-cumi raksasa. Mollusca hidup secara heterotrof denganmemakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme. Habitatnya di air tawar,di laut dan didarat. Beberapa juga ada yang hidup sebagai parasit. Filum Mollusca merupakan salah satu anggota hewan invetebrata. Anggota filumini antara lain remis, tiram, cumi-cumi, octopus, dan siput. Berdasarkan kelimpahanspesiesnya Mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar di sampingArthropoda. Ciri umum yang dimiliki Mollusca adalah tubuhnya bersimetris bilateral,tidak bersegmen, kecuali Monoplacopora, memiliki kepala yang jelas dengan organreseptor kepala yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapatkaki berotot yang secara umum digunakan untuk begerak, dinding tubuh sebelah dorsalmeluas menjadi satu pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium. Fungsimantel adalah mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga mantel yang didalamnya berisi insang.Lubang anus dan ekskretori umumnya membuka ke dalam rongga mantel. Saluran pencernaan berkembang baik. Sebuah rongga bukal yang umumnya mengandung radula berbentuk seperti proboscis. Esophagus merupakan perkembangan daristomodeum yang umumnya merupakan daerah khusus untuk menyimpan makanan danfragmentasi. Pada daerah pertengahan saluran pencernaan terdapat ventrikulus(lambung) dan sepasang kelenjar pencernaan yaitu hati. Sedangkan daerah posteriorsaluran pencernaan terdiri atas usus panjang yang terakhir dengan anus. Memilikisistem peredaran darah dan jantung. Jantung dibedakan atas aurikel dan ventrikel.Meskipun memiliki pembuluh darah namun darah biasanya mengalami srkulasi ruangterbuka. Darah mengandung homosianin, merupakan pigmen respirasi (Brotowijoyo, 1994).
Tidak semua hewan Mollusca memiliki cangkok. Anggota jelas Aplacophora tidakmemiliki cangkok, sedangkan kelas Chepalopoda juga tidak memiliki cangkok atau jikaada mereduksi. Pada Mollusca lainnya cangkok terlihat nyata dan berfungsi pentingyaitu penyokong tubuh Mollusca yang lunak dan menjaga dari serangan predator (Jutje,2006).Mollusca merupakan filum terbesar dari kingdom animalia. Mollusca dibedakanmenurut tipe kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu Gastropoda, Pelecypoda, danCephalopoda. Yang pertama yaitu, Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster =perut,  podos =kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak ataukakinya. Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis (Corbicula javanica), dan bekicot ( Achatina fulica).Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagianventral tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda daratterdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujungtentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang.Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Gastropodaakuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakanrongga mantel (Kimball, 1983).





II. Metode Percobaan
2.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini diantaranya, spesimen berupa keong mas (1 buah), toples jum (1 buah), benang, perekat, cutter, air 240 ml, formalin 4% 10 ml.
2.2 Cara kerja
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan awetan yaitu,  menyiapkan spesimen yang akan diawetkan. Kemudian sediakan alcohol 70-80%, dan masukan ke dalam botol sesuai dengan keinginan. Masukkan spesimen pada larutan Alkohol yang telah ada dalam botol  Tutup rapat botol dan kemudian diberi label yang berisi nama spesimen tersebut dan familinya.
III. Hasil Pengamatan
Hewan yang diawtkan adalah keong mas yang merupakan family dari mollusca, jenis larutan awetannya berupa formaldehid 4%. Membuka cangkang keong dimaksudkan agar keong yang diawetkan tetap utuh dengan cangkangnya, dengan dimasukkan ke dlam toples jum dan ditutup dengan rapat setelah didalamnya terdapat formaldehid dan campuran aquades. Ini merupakan awetan basah pada hewan molusca. Adapun fungsi formalin pada awetan tersebut diantaranya, formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Didalam formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh.
Hewan-hewan yang termasuk phylum Mollusca memilii tubuh lunak tidak bersegmen, dengan ciri tubuh bagian anterior ialah kepala, sisi fentral berfungsi sebagai nosculer, dan massa vicera terdapat pad sisi dorsal. Keadaan tubuh yang lunak itu merupakan dasar pemberian nama phylum ini, Mollusca dari kata Mollis yang artinya lunak (Radiopoetra, 1986).
            Dengan kira -kira 100.000 spesies yang masi hidup, pada waktu ini phylum Mollusca termasuk hewan yang sangat penting. Terdiri atas hewan bertubuh lunak, tidak bersegmen (kecuali satu), banyak diantaranya dilindungi oleh satu atau lebih cangkang yang terbuat dari kapur (kalsium karbonat). Cangkang atau katup ini di buat oleh sebuah lipatan dinding tubuh yang khusus di sebut mantel. Sebagian besar Mollusca hidup di air laut, tetapi banyak ditemukan di air tawar dan beberapa di darat (Kimball, 1992).
       Adapun ciri-ciri dari pyhlum Mollusca yaitu :
§  Simetrik bilateral dengan alat-alat dalam dan cangkok, ada yang mengalami perputaran
§  Tidak terdapat segmentasi
§  Tubuh ditutupi oleh mantel yang dapat mensekresi bahan-bahan pembentuk cangkok, tubuhnya lunak
§  Bagian kepala umumnya terletak di bagian depan dengan struktur perototan di daerah perut sebagai alat gerak
§  Sifat kelamin umumnya diesius
§  Hidup di laut atau hidup di air tawar, ada pula yang hidup di darat        (Suhardi, 1983).
Manfaat proses pengawetan bagi spesimen diantaranya pada fiksasi yaitu fiksasi akan mempertahankan susunan jaringan agar mendekati kondisi sewaktu hidup. Tujuan fiksasi adalah mengawetkan jaringan secara permanen sedekat mungkin dengan keadaan saat hidup. Fiksasi sebaiknya dikerjakan sesegera mungkin setelah pengambilan jaringan (pada kasus patologi bedah) atau segera setelah kematian (dengan otopsi) untuk mencegah otolisis. Tidak ada bahan pengawet yang sempurna; formalin mendekati kesempurnaan. Dengan demikian, bahan pengawet yang digunakan bergantung pada jenis jaringan dan fitur yang akan didemonstrasikan. Seringkali larutan pengawet merupakan campuran dari berbagai bahan pengawet sehingga dapat memaksimalkan kemampuan masing-masing bahan atau mengurangi kelemahan bahan lainnya. Fiksasi akan menghambat terjadinya pembusukan yang disebabkan oleh kuman pembusuk dari dalam/luar tubuh. Waktu pembusukan untuk setiap jaringan/organ adalah berbeda tergantung pada konsistensi dan kandungan unsur penyusun jaringan. Usus dan otak sangat rentan terhadap proses pembusukan dibandingkan dengan jaringan tubuh lainnya. Pembusukan sering disertai oleh pembentukan gas yang berbau.
Keong mas merupakan salah satu masalah utama dalam produksi padi.  Keong mas memiliki morfologi yang sama dengan keong sawah.  Cangkang berbentuk bulat mengerut, berwarna kuning keemasan, berdiameter 1,2-1,9 cm, tinggi 2,2-3,6 cm, dan berat 4,2-15,8 g. keong mas berkembang biak secara ovipar dan menghasilkan telur. Seekor keong mas betina mampu bertelur 500 butir dalam seminggu dengan masa perkembang biakkan selama 3-4 tahun. Keong mas betelur pada pagi dan sore hari, telur akan menetas dalam waktu 7-14 hari dan hari ke-60 keong telah menjadi dewasa dan dapat berkembang biak. Klasifikasi Keong mas adalah sebagai berikut (Susanto, 1995) :
Kingdom         : Animalia
Filum               : Moluska
Kelas               : Gastropoda
Ordo                : Mesogastropoda
Famili              : Ampullariidae
Genus              : Pomacea
Spesies            : Pomacea canaliculata
Keong Mas (Pomacea canaliculata) adalah spesies siput air tawar  yang umum dijumpai di perairan air tawar, seperti rawa-rawa, danau, sungai, waduk, persawahan, kolam dll. Keong mas termasuk golongan siput besar, gastropoda air dalam keluarga  Ampullariidae. Keong Mas biasanya memiliki cangkang berwarna kuning terang (emas), cokelat, hitam dengan ukuran cangkang sekitar 150 mm. Keong mas dapat hidup di perairan yang menggenang dengan kandungan oksigen sangat rendah dengan kepadatan yang tinggi (Santos, 1987). Alat pernafasan mollusca berada dibagian kanan tubuh dan kantong paru-paru disebelah kiri. System alat pernafasan seperti ini sesuai untuk makhluk yang hidup di air maupun di darat. Lagi pula makhluk semacam ini memiliki satu alat Bantu pernafasan berupa selaput tipis berbentuk pentil yang ujungnya berlubang yang dapat dijulurkan untuk menghirup udara bebas dari permukaan air. Semua alat pernafasan tersebut terdapat di bagian kiri keong. Keong mas biasa memakan tumbuhan yang berada di perairan (terutama Macrophyta) dan tumbuhan yang jatuh diperairan (baik itu terendam maupun mengambang), detritus, dan bahan hewani. Keong mas muda yang masih kecil biasanya makan ganggang dan detritus, dan yang lebih tua/besar, (15mm keatas) individu kemudian beralih ke tanaman yang lebih tinggi. Daun padi yang masih muda merupakan makanan favorit keong mas, oleh karena itu keong mas merupakan salah satu hama utama bagi petani padi. Biasanya petani menggunakan racun saponin untuk membasmi keong mas ini. Ciri utama keong mas adalah memiliki cangkang bulat asimetris terpilin dan mengerucut dengan letak puncak pada bagian dorsal serta berwarna kekuning-kuningan. Pada saat masih hidup tinggi cangkang dapat mencapai 100 mm. cangkang dilengkapi dengan operculum (penutup) yang berwarna coklat kehitaman, berbentuk bulat telur dan coklat kekuningan serta mengkilat pada bagian dalamnya. Kaki lebar, berbentuk segitiga dan mengecil pada bagian belakang (Marwanto, 2010).
Bahwa cangkang keong spesies ini berbentuk bulat melingkar dan relative berat (terutama pada siput yang tua), dengan 5 – 6 gelungan yang terpisah dengan kedalaman, terdapat lekukan seperti jahitan (sebab itu disebut dengan ‘canaliculata’ atau ‘channeled’/saluran). Bukaan cangkang (aperture) lebar dan berbentuk oval hingga bulat. Keong jantan memiliki apertur yang lebih bulat dibanding keong betina. Umbilicus besar dan dalam. Secara keseluruhan bentuk cangkang menyerupai Pomacea lineate, kecuali pada kedalaman lekukan dan lebih bulat pada canaliculata. Ukuran keong ini bervariasi dengan lebar 40 – 60 mm dan tinggi 45 – 75 mm tergantung kondisi lingkungan. Kemiripan bentuk cangkang pada jenis Pomacea dapat dibedakan untuk masing-masing spesies. Sifat keong mas dapat hidup antara 2 sampai 6 tahun dengan keperidian (fertilitas) yang tinggi. Rumah siput (cangkang) berwarna coklat muda, dagingnya berwarna putih susu sampai merah keemasan atau oranye. Ukuran siput murbai sangat tergantung pada ketersediaan makanan. Stadia yang paling merusak ketika rumah siput berukuran 10 mm (kira kira sebesar biji jagung) sampai 40 mm ( kira kira sebesar bola pingpong). Tutup rumah siput (operculum) siput murbai betina) (a1) berwarna putih cekung dan yang jantan cembung (a2). Tepi mulut rumah siput betina dewasa melengkung kedalam (b1), sedangkan tepi rumah siput yang jantan melengkung keluar (b2). Keong mas memiliki organ tentakel yang sangat penting fungsinya. Keong mas sangat mengandalkan kemampuannya dalam mencium dan sensitivitas dari tentakel untuk mengenali lingkungan hidupnya. Tentakel yang menempel pada kepala dapat memanjang, kadang bisa lebih panjang dari tubuhnya. Tentakel yang berhubungan dengan bibir terletak diatas kepala, memiliki tipe khusus dari keong mas, yaitu lebih pendek. Osphradia merupakan struktur sensor kimia yang terletak di mantel cavity, didepan paru-paru. Osphradia mampu memberikan kemampuan keong untuk mencium substansi kimia dalam air. Statocyts merupakan gelembung yang berisi statolith (bentuk batu kecil mengandung calsium carbonat). Fungsinya sebagai organ penyeimbang, digunakan oleh keong untuk mendeteksi posisi dan tanah dibawahnya. Mereka terletak didalam tubuh keong mas tertutup oleh pedal ganglia. Keong mas berifat amphibi, karena mempunyai dua alat pernafasan yaitu insang dan organ yang menyerupai paru-paru. Saat berada di air, keong mas bernafas dengan menggunakan insang dan saat berada di darat menggunakan paru-paru. Ruang udara dihubungkan dengan udara diatas permukaan air dengan menggunakan sifon yang dibentuk oleh mantel. Insang memperoleh oksigen dari arus air yang mengalir melalui rongga mantel dan paru-paru mendapatkan oksigen dari udara, insang digunakan untuk mengambil oksigen terlarut dalam air dan paru-paru mengambil oksigen dari atas permukaan air (Susanto, 1995).

Perhitungan :
Formaldehid 4%  untuk 250 ml larutan fiksasi
40% formalin = 40/100 = 10/25
4% formalin dari 40% formalin = 4/100 = 1/25
Air = 25/25 -1/25
     = 24/25
Formalin = 1/25 x 250 cc
              = 10 ml
Air = 24/25 x 250 cc
     = 240 ml



Foto hasil pengamatan

   

   




IV. Kesimpulan
Teknik awetan basah merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam pengawetan hewan-hewan dari kelas vertebrata khusunya yang mempunyai ukuran cukup besar. Teknik ini dapat juga digunakan untuk tumbuhan tingkat tinggi. Molusca adalah salah satu hewan yang dapat diawtkan dengan menggunakan awetan basah pada hewan. Slah satu jenis larutan awetan basah adalah formaldehid. Formaldehid dapat membantu menghambat terjadinya pembusukan yang disebabkan oleh kuman pembusuk dari dalam/luar tubuh.

V. Daftar Pustaka
Brotowidjoyo. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga
Kimball. 1983. Bologi, jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Kimball. 1992. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Marwanto, A 2010. Tugas Akhir Praktikum Ilmu Hama. Yogjakarata : UGM.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pedoman Diagnosis dan           Penatalaksanaan Kanker Paru di Indonesia.
Radiopoetra. 1984. Zoologi invertebrata. Jakarta : Erlangga.
Suhardi. 1983. Evolusi Avertebrata. Yogyakarta : Universitas Indonesia.
Susanto, H. 1995. Siput Murbei, Pengendalian dan Pemanfaatannya. Yogyakarta : Kanisius. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar