LAPORAN
PRAKTIKUM MIKROTEKNIK
PREPARAT WHOUL MOUNT HEWAN

Nama : Nurillah Novia Hermaniawati
NIM : 1147020048
Semester/ Kelompok : II.B/ 1
Tanggal Praktikum : 12 Mei 2015
Tanggal Pengumpulan : 28 Mei 2015
Dosen : Drs. H. Momi Sahromi
Asisten : Rahmat Taufiq M.A., S.Si
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan
·
Mengetahui
cara pengawetan dengan teknik preparat whole mount hewan
·
Mengetahui
morfologi dari Cimex rotundus
1.2
Dasar Teori
Serangga merupakan makhluk hidup yang menguasai bumi. Kurang lebih
satu juta spesies yang telah dideskripsikan (dikenal dalam ilmu pengetahuan),
dan diperkirakan ada 10 juta spesies serangga yang belum dideskripsi.
Keberagaman yang tinggi dalam sifat-sifat morfologi, fisiologi dan perilaku
dalam adaptasinya, dan demikian banyak jenis serangga yang terdapat dimuka
bumi, banyak menyebabkan kajian ilmu pengetahuan, baik yang murni ataupun
terapan menggunakan serangga sebagai model (Hala, 2007).
Serangga adalah kelompok utama dari hewan beruas (anthropoda) yang
bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut hexapoda. Serangga termasuk
kedalam kelas insecta yang dibagi menjadi 29 ordo (Djuanda, 1980).
Insecta atau serangga merupakan anggota dari ordo arthropoda yang
sangat banyak anggota spesiesnya. Serangga merupakan hewan
beruas dengan tingkat adaptasiyang sangat tinggi. Fosil-fosilnya
dapat dirunut hingga ke masa fosil raksasa primitiftelah ditemukan (Jasin,
1992).
Banyak anggota insecta yang dapat ditemukan disekitar kita misalnya
lalat, kupu-kupu, kecoak, nyamul, jangkrik, semut dan belalang. Anggota insecta
sangat beragam, tetapi memiliki ciri khusus, yaitu kakinya berjumlah enam buah,
sehingga disebut juga Hexapoda (hexa=enam, podos=kaki). Diperkirakan jumlah
insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini
menunjukkan bahwa banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun
sifat dan kebiasaannya (Soedarto, 2008).
Habitat serangga adalah didaratan dan air tawar. Tubuhnya dibedakan
dengan jelas antara kepala, dada dan perut. Pada kepala terdapat satu pasang mata faset (matamajemuk)
dan mata tunggal (oselus). Dan terdapat sepasang antena sebagai alat perabadan
mulut. Mulut seranga berkembang menjadi beberapa tipe sesuai dengan caramakanya
yaitu tipe mulut penguyah, penghisap, penusuk dan penjilat pada mulut terdapat
rahang belakang (mandibula), rahang depan (maksila), bibir atas (labrum)
dan bibir bawah (labium). Bagian dada terdiri dari atas tiga ruang yaitu protoraks,mesotoraks
dan metatoraks. Pada setiap rusa terdapat sepasang kaki yang berusa. Umunya
mempunyai sayap yang terletak pada segmen dada kedua (mesotorak) dan tiga
(metatorak) (Jasin, 1992).
Tiga tahapan siklus hidup kutu busuk yaitu telur, nimpa dan dewasa.
Metamorfosis tidak sempurna. Kutu busuk bertelur 1-5 butir sehari selama 2-10
bulan sampai seluruhnya diletakkan +200 telur.Telur berwarna putih dengan
panjang 1 mm, Telur disimpan selama 2bulan per kelompok terdiri dari 10 hingga
50 telur. Telur-telur ini diletakkan pada kasur retak-retak pada tempat tidur,
perabot, dinding dan langit langit rumah dll. Dalam waktu 3-14 hari pada suhu
23°C, telur akan menetas menjadi nimfa. Nimfa pertama akan berganti kulit
menjadi nimfa ke-2, 3, demikian seterusnya sampai nimfa kemudian berganti kulit
lagi menjadi instar terakhir. Banyaknya pergantian kulit berbeda-beda
tergantung jenis, makanan dan suhu. Nimpa terlihat seperti yang dewasa tetapi
lebih kecil. Dari telur menetas kutu busuk kecil yang kemudian tumbuh menjadi
kutu busuk dewasa, sambil mengalami beberapa kali penukaran kulit (Dalil,
2009).
Perkembangan sempurna dari telur menjadi dewasa membutuhkan waktu 5
bulan bahkan lebih, tergantung padatemperatur dan ketersediaannya
makanan. Setiap kali akan mengalami penukaran kulit kutu busuk itu harus menghisap
darah dulu. Kutu busuk dewasa bisa hidup selama 6 bulan- 1 tahun. Kutu busuk
betina tahan hidup tanpa makan darah selama 1 tahun dan juga terhadap suhu
rendah (0°C) untuk waktu yang lama (Sembel, 2009).
Zat warna yang dapat digunakan dalam membuat preparat ini antara
lain hematoxilin, eosin, dan methylen blue. Pewarna hematoxilin dengan pelarut
aquades sangat baik digunakan untuk mewarnai inti yang akan berwarna biru.
Pewarna eosin dengan pelarut alcohol 70% sangat baik untuk mewarnai sitoplasma
dengan warna merah, sedangkan methylen blue digunakan pada preparat sementara
dengan cara meneteskan langsung ke jaringan kemudian diamati di bawah mikroskop
yang mana methylen blue akan mewarnai butir-butir pada “mast cell” yang
mewarnai dengan warna biru. Metode rentang juga dapat digunakan untuk
tujuan sitologi dan histology serta juga dapat digunakan untuk tujuan
sitokimiawi seperti penelitian phosphatase dan hyaluroidase (Handari, 1983).
II.
METODA PERCOBAAN
2.1
Alat Dan Bahan
No.
|
Alat
|
Jumlah
|
Bahan
|
Jumlah
|
1.
|
Pembakar
spirtus
|
1 buah
|
KOH cair 10%
|
5 ml
|
2.
|
Penjepit
|
1 buah
|
Emtelan
|
3 tetes
|
3.
|
Jarum pentul
|
1 buah
|
Cimex
rotumdatus
|
1 ekor
|
4.
|
Cover glass
|
1 buah
|
Alkohol 95%
|
3 tetes
|
5.
|
Objek glass
|
1 buah
|
Alkohol 70%
|
3 tetes
|
6.
|
Gelas kimia
|
1 buah
|
Alkohol 100%
|
3 tetes
|
7.
|
|
|
Xylol
|
3 tetes
|
2.2
Cara Kerja
![]() |
-
Dimasukkan
ke dalam KOH dingin
-
Didiamkan
24 jam
-
Dicuci
dengan air
-
Ditekan tubuhnya
-
Dimasukkan
ke alkohol 70%
-
Diatur
kaki dan tangan
-
Didiamkan
10 menit
-
Diganti
dengan alkohol 95%
-
Didiamkan
10 menit
-
Diganti
dengan alkohol 100%
-
Didiamkan
5 menit
-
Ditetesi
xylol 3 tetes, diamkan 3 menit
-
Ditetesi
emtelan 3 tetes
-
Ditutup
dengan cover glass
-
Dibiarkan kering, diberi label dan nama

III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Pengamatan
Hasil
Pengamatan
|
Literatur
|
||||||||
![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
Sumber : (Dokumentasi pribadi, 2015)
Perbesaran : 4’x10’
![]() ![]() ![]()
Sumber : ( Dokumentasi pribadi,
2015)
Perbesaran : 4’x10’
|
Sumber :
(Natadisatra, 2005)
|
||||||||
|
Keterangan :
1.
Antena
2.
Mata
3.
Toraks
4.
Tibia
5.
Abdomen
|
||||||||
|
|
3.2
Pembahasan
Sebelum melakukan pengamatan, kami membuat terlebih dahulu preparat
awetannya. Hal yang pertama kami lakukan adalah kami memasukan kutu busuk
(Cimex rotundus) pada larutan KOH 10% yang berada pada gelas kimia, fungsi
larutan KOH 10 % yang digunakan adalah agar dapat melarutkan / melepaskan
pigmen dalam tubuh spesimen tersebut sehingga dapat lebih mudah diamati
bagian-bagian dalamnya, kemudian disimpan selama 24 jam. Setelah itu, tekan
seluruh badan agar pigmen cairan yang terdapat pada badan kutu busuk harus
dikeluarkan tanpa merusak badannya, sehingga terlihat bagian dalam dari kutu
busuk tersebut. Kemudian kami meletakan spesimen pada kaca objek yang telah
diberi alkohol 70% selama ±10 menit, kemudian alkohol 95% selama ±10 menit.
Fungsi dari alkohol 70 % dan alkohol 95 % adalah sebagai pembersih untuk
spesimen. Setelah itu diberi alkohol 100% (absolute) selama ±5 menit untuk
mengawetkan dan membersihkan perparat spesimen. Selanjutnya tetesi dengan xylol
untuk menghilangkan zat-zat yang tertinggal pada kutu busuk. Setelah itu
ditetesi emtelan dan tutup dengan cover glass tanpa menekannya dengan
memiringkan cover dlass sebelumnya dan kemudian tempelkan pada sisa object
glass yang lain, simpan ±7 hari, setelah itu preparat bias diamati. Spesimen
yang diamati adalah Cimex rotundus.
Klasifikasi Cimex rotundus (Kutu Busuk) :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Cimicidae
Genus : Cimex
Spesies : Cimex rotundus
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Cimicidae
Genus : Cimex
Spesies : Cimex rotundus
Famili ini tidak bersayap, hanya tampak sisa sayap depan. Bentuk
dewasa berbadan lonjong, pipih dorsoventral. Tubuh tertutup oleh rambut–rambut
pendek. Panjang badan sekitar 4-5,5 mm dengan betina yang berukuran
lebih besar dari yang jantan. Dua spesies dari family Cimicidae
adalah Cimex lectularius yang banyak dijumpai di daerah subtropics
dan Cimex hemipterus yang terdapat di daerah tropis. Gigitan Cimex
menimbulkan bekas berwarna merah disertai rasa gatal didaerah gigitan. Falimi
cimidae di sebut kutu busuk/ Bed bugs karena dapat mengeluarkan bau
yang khas dan banyak terdapat pada celah-celah tempat tidur.
Sepesies cimex di bagi menjadi dua berdasarkan habitatnya di
antaranya (Natadisatra, 2005).
Morfologi cimex dewasa berukuran 4-5,5 mm. Bentuk badanya
oval, pipih. Bersegmen terdiri atas kepala, thorak dan abdomen, berwarna kuning
coklat pada larva dan merah pada imago. Cimex betina lebih sedikit
besar dari pada cimex jantan dan tidak memiliki sayap. Hidupnya pada
sela-sela paerabot rumah tangga seperti kursi, tempat tidur, juga terdapat pada
sela-sela dinding rumah. Pada sarang wallet juga ada, hanya bentuk spesiesnya
berbeda, pada kandang ayam juga ada kemungkinan merupakan habitatnya.
Penyebaranya sangat luas banyak di daerah tropic. Cimex menghisap
darah pada malam hari dan memiliki bau yang khas (busuk) bau tersebut berasl
dari atau di keluarkan oleh Stink Gland (Prianto, 1995).
Pada cimex di bagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
kepala, bagian torakx dan bagian abdomen yaitu (Natadisatra, 2005) :
1.
Bagian
Kepala
Pada bagian kepala terdapat sepasang antenna bersegmen empat buah,
sepasang mata faset dan proboscis berbentuk penusuk dan penghisap, jika tidak
di gunakan bisa dilipat ke bagian ventral. Terdiri atas segmen-segmen, terdapat
alat-alat mandibula, maxilla, labial groove, labium, labrum epifaring, akar
mandible dan maxilla.
2.
Bagian
Thorax
Pada bagian thorax terdiri dari prosternum, mesosternum,
metasternum, mesopleuron dan hemelktra. Terdapat tiga pasang kaki, terdiri atas
coxa, trochanter, femur, tibia, tarsus, kuku. Thorax sagmen terahir terdapat
stink glands yang bermuara pada coxa kaki terakhir. Stink glands adalah cirri
khas bau kutu busuk.
3.
Bagian
abdomen
Pada bagian abdomen bentuknya pipih dan
melebar. Cimex jantan dan betina dibedakan pada segmen paling ujung,
pada cimex betina segmen nya berbentuk bilateral simetris (ada organ
berlase) pada segmen ke-8 terdapat gonopoida, sedangkan pada jantan segmen
abdomen terkhir (ke-9) asimetris, karena ada adeagus.
IV.
KESIMPULAN
Dari hasil-hasil pengamatan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan larutan KOH 10 % dalam percobaan ini berfungsi sebagai bahan
untuk pelarut pigmen spesies yang akan diamati, sehingga pada saat
pengamatan melalui mikroskop bagian-bagian dalam dari spesimen tersebut dapat
teramati karena terlihat transparan. Jenis serangga yang diamati adalah
Cimex rotundus yang memiliki pigmen yang banyak dan berwarna
kecoklatan, sehingga dengan penggunaan KOH dapat membantu pengamatan
tersebut. Cimex rotundus merupakan insecta berjenis arthropoda (hewan
beruas) yang bagian-bagian tubuhnya dibagi menjadi caput (kepala), thorax
(dada) dan abdomen (perut). Hewan ini memiliki 3 pasang kaki, 1 pasang antena,
dan badannya beruas-ruas.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Dalil, S. 2009. Infeksi Menular. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Djuhanda. 1980. Kehidupan dalam Setetes Air . Bandung.
Handari, S. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta : Bhatara
Karya Aksara.
Hala, Y. 2007. Dasar Biologi Umum II. Makassar : Alauddin
Press.
Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya : Sinar
Wijaya.
Natadisatra, D.
2005. Parasitologi kedokteran dituju dari orang tubuh yang di
serang. Jakarta : EGC.
Prianto.1995. Parasitologi Kedokteran. Jakarta :
Gramedia pustaka utama.
Sembel, D. T. 2009. Entomologi Kedokteran. Yogyakarta
: Penerbit Andi.
Soedarto. 2008. Parasitologi Klinik . Surabaya :
Airlangga University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar