LAPORAN
PRAKTIKUM MIKROTEKNIK
PENGAWETAN HEWAN BASAH

Nama : Nurillah Novia Hermaniawati
NIM : 1147020048
Semester/ Kelompok : II.B/ 1
Tanggal Praktikum : 10 Maret
2015
Tanggal Pengumpulan : 17 Maret 2015
Dosen : Drs. H. Momi Sahromi
Asisten : Rahmat Taufiq M.A., S.Si
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan
* Mahasiswa mampu membuat larutan
pengawetan basah bagi hewan.
* Mahasiswa mampu mengetahui fungsi
dari larutan pengawetan yang digunakan.
* Mahasiswa mampu mengetahui manfat
pengawetan hewan.
2.1 Dasar Teori
Kata insekta, berasal dari bahasa latin,insecti yang berarti
serangga. Insekta termasuk salah satu anggota dari filium Arthropoda. Banyak
anggota insekta yang dapat ditemukan disekitar kita misalnya lalat, kupu- kupu,
kecoak, jangkrik, semut, nyamuk dan belalang. Anggota insekta sangat beragam,
tetapi memiliki cirri khusus,yaitu kakinya berjumlah enam buah,sehingga disebut
juga hexapoda ( hexa = enam, podos = kaki ). Tubuh terbagi menjadi tiga bagian
yaitu kepala, dada, dan perut. Insekta merupakan satu-satunya invertebrata yang
dapat terbang, dengan ukuran tubuh yang beragam. Dengan habitat yang sangat
luas insekta mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Peranan
yang menguntungkan antara lain: penyerbukan tanaman oleh lebah atau insekta
lain, tetapi ada juga yang merugikan misalnya: wereng coklat menyerang hektaran
tanaman padi (Hadi, 2009).
Insekta memiliki beberapa ciri antara lain:
1. Tubuh terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kaput(kepala), toraks
(dada), dan abodemen (perut).
2. Memiliki sepasang kaki pada setiap segmen toraks, sehingga
jumlah kakinya tiga pasang dan berfungsi untuk berjalan .
3. Kebanyakan insekta memiliki sayap pada segmen kedua dan segmen
ketiga di daerah dada, pada jenis lain sayapnya tereduksi bahkan ada yang tidak
memiliki sayap.
4. Makanan insekta ada yang berupa sisa organisme lain, ada yang
hidup sebagai parasit dalam tubuh (tumbuhan, hewan bahkan manusia), serta
bersimbiosis dengan organisme lain.
5. Alat pernapasan insekta berupa trakea.
6. Alat ekresi berupa tubulus malpighi yang terletak melekat pada
bagian posterior saluran pencernaan .
7. Sistem sirkulasinya terbuka.
8. Organ kelamin insekta berumah dua artinya insekta jantan dan
insekta betina terpisah, alat kelaminnya terletak pada segmen terakhir dari
abodemen .
9. Fertilasi terjadi secara internal.
10. Insekta mengalami ekdisis pada tahap tertentu selama
perkembangan hidupnya (Hadi, 2009)
Insekta memiliki struktur tubuh sebagai berikut (Nawangsari, 1973):
1. Kepala (caput)
Pada kepala insekta terdapat sepasang antena, sepasang mata majemuk
(mata facet),kadang-kadang ditemukan juga mata tunggal (ocellus), dan
mulut.Sedangkan mulut tersusun dari sepang mandibula,tiga pasang maksila,
bibir, atas (labrum), bibir bawah (labium) yang berbeda-beda tergantung dari
bentuk mulutnya, serta organ perasa (palpus). Bentuk kepala insekta dapat
dibedakan berdasarkan bentuk mulut dan makanan yang dimakannya.
2. Dada (toraks)
Dada terdiri dari tiga segmen atau ruas yang terlihat jelas, yaitu
dari depan prothoraks, mesothoraks, dan metathoraks dan pada setiap segmen
terdapat sepasang kaki, sayapnya terdapat mesothoraks dan metathoraks. Pada
insekta yang bersayap sepasang, sayap belakangnya mereduksi, mengecil dan
disebut halter yang berfungsi sebagai alat keseimbangan.Tubuh insekta diperkuat
dengan rangka luar atau eksoskelet dari chitine.
Susunan kaki pada insekta terdiri-dari ruas-ruas yaitu :
a. Panggul (coxa)
b. Gelang paha (trokanter)
c. Paha (femur)
d. Ruas betis (tibia)
e. Ruas-ruas kaki (tarsus)
3. Perut (abdomen)
Pada perut insekta ada sebelas segmen, pada stadium embrio segmen
ditemukan lengkap,tetapi pada bentuk dewasa segmen dibagian poeterior menjadi
alat reproduksi. Abdomen dalam bentuk dewasa tidak berkaki tetapi pada stadium
larva mempunyai kaki. Pada abdomen terdapat spirakel,yaitu lubang pernapasan
yang menuju tabung trakea. Anatomi internal terdiri beberapa sistem organ yang
kompleks, yaitu sistem pencernaan,system pernapasan,system sirkulasi,system
pengeluaran zat, dan sistem saraf (Nawangsari, 1973).
II.
METODA PERCOBAAN
2.1
Alat dan Bahan
No
|
Alat
|
Jumlah
|
Bahan
|
Jumlah
|
1.
|
Botol jam
|
1 buah
|
Capung
|
1 ekor
|
2.
|
Gelas ukur
|
1 buah
|
Formalin
|
14,4 mL
|
3.
|
Gelas kimia
250 Ml
|
1 buah
|
Aquades
|
345, 6 mL
|
4.
|
Kaca preparat
|
1 buah
|
|
|
5.
|
Benang
|
1 helai
|
|
|
6.
|
Jarum
|
1 buah
|
|
|
2.2
Cara Kerja
![]() |
-
Disiapkan

![]() |
-
Ditusuk
dengan jarum
-
Diikat
pada kaca preparat dengan benang
-
Disiapkan
larutan formalin
-
Dimasukkan
ke toples
-
Ditutup
-
Diamati
![]() |
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan
|
Literatur
|
![]()
Sumber : ( Dokumentasi pribadi, 2015)
|
![]() |
|
Sumber :
(Yulia dan Sigit, 2007)
|
Keterangan :
1.
Sayap
2.
Kepala
3.
Toraks
|
|
Capung merupakan
serangga yang hidupnya selalu dekat dengan air. Adapun morfologi dari capung
yaitu, Capung memiliki mata yang mampu melihat ke segala arah dengan dilengkapi
mata majemuk, tiga oseli dan bulu pendek menyerupai antena serta tipe mulut
mandibulata. Toraks relatif kecil dan kompak (protoraks dan dua ruas toraks
lainnya berukuran kecil) dan pada permukaan dorsal terdapat pterotoraks yang
berada di antara pronotum dan dasar sayap yang terbentuk oleh sklerit-sklerit
pleura. Capung memiliki tungkai relatif pendek yang merupakan bentuk adaptasi
untuk hinggap, menangkap dan menahan mangsa. Tungkai terdiri dari trokanter dan
femur kuat; tibia yang ramping tanpa taji dan tiga ruas tarsi. Pada tibia
capung famili Corduliidae dan Cordulegastridae terdapat beberapa duri. Keempat
sayap Odonata memanjang dan terdapat banyak venasi. Ukuran panjang sayap capung
dewasa berkisar antara 2 cm sampai 15 cm bahkan bisa mencapai 17 cm. Abdomen
berbentuk memanjang agak silindris, terdiri dari beberapa ruas, meruncing ke
ujung. Abdomen Odonata mempunyai sepuluh ruas yang bersifat fleksibel. Ruas
pertama sampai kedelapan terdapat spirakel sebagai alat bantu pernafasan bagi
capung. Ukuran abdomen pada ruas pertama, kedua, kedelapan, dan kesepuluh lebih
pendek daripada ruas lain (Yulia dan Sigit, 2007).
Adapun klasifikasi dari capung adalah :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Neuroptera
Familia : Aeschnidae
Genus : Anax
Spesies : Anax imperator
Adapun klasifikasi dari capung adalah :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Neuroptera
Familia : Aeschnidae
Genus : Anax
Spesies : Anax imperator
Hewan yang diawetkan
adalah capung dengan menggunakan larutan campuran formalin dengan aquades.
Metoda awetan adalah awetan basah dengan memasukan spesimen pada botol jam yang
telah berisi larutan awetan berupa formalin. Kegunaan formalin ini adalah untuk
membunuh kuman beserta jamur agar spesimen tidak mudah hancur. Formalin juga
dapat membuat spesimen menjadi kaku dan organ-organ tetap utuh karena spesimen
di tusuk terlebih dahulu dengan jaryn supaya larutan menyerap kedalam tubuh.
Presentasi formalin haruslah sesuai, jika penggunaan larutan formalin berlebih
akan menyebabkan spesimen menjadi hancur ketika dalam proses pengawetan.
Sehingga spesimen yang diawetkan tidak tahan lama dikarenakan kelebihan larutan
formali.
IV.
KESIMPULAN
1.
Pada
awetan ini menggunakan larutan campuran formalin dan air dengan perbandingan
14,4 mL : 345,6 mL.
2.
Formalin
dapat membantu menghambat terjadinya pembusukan yang disebabkan oleh kuman
pembusuk dari dalam/luar tubuh.
3.
Awetan
dilakukan untuk menambah keahlian.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi,Mochmad. 2009. Biologi Isecta Entomologi.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Nawangsari. 1973. Zoologi Umum. Jakarta : Erlangga.
Yulia
dan sigit. 2007. Hewan Pemecah Rekor. Jakarta : PT Agromedia Pusaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar