LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PEMURNIAN NAFTALEN DENGAN CARA SUBLIMASI
Nama : Nurillah Novia Hermaniawati
NIM : 1147020048
Kelas : Biologi 2B
Kelompok 3 : Muhammad Zulfikar Mahmudin
Riska Meliani
Sarah Permatasari
Tanggal Praktikum : 20
Februari 2015
Tanggal Laporan : 06 Maret
2015

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2015
PEMURNIAN NAFTALEN DENGAN CARA SUBLIMASI
I.
Pendahuluan
A.
Tujuan
Tujuan pada percobaan ini adalah menentukan titik leleh naftalen,
bentuk kristal, dan rendemen kristal yang telah disublimasi.
B.
Dasar Teori
Sublimasi adalah salah satu pemisahan zat-zat yang mudah menyublim.
perubahan wujud zat padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila partikel penyusun
suatu zat diberikan kenaikan suhu maka partikel tersebut akan menyublim menjadi
gas, sebaliknya jika suhu gas tersebut diturunkan maka gas akan segera berubah
wujudnya menjadi panas. Gas yang dihasilkan ditampung lalu didinginkan kembali.
Syarat pemisahan campuran pada sublimasi adalah partikel yang bercampur harus
memiliki perbedaan titik didih yang besar sehingga kita dapat menghasilkan uap
dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Begitupun syarat sampel untuk sublimasi
adalah dengan sifat kimia mudah menguap agar mudah proses sublimasinya. Pada
percobaan sublimasi, Pemurnian naftalen dengan menggunakan proses sublimasi
dikarenakan karena sifat naftalen yang mudah menyublim dan merupakan padatan
Kristal yang tak bewarna. Reaksi dari naftalen berlangsung dengan sangat cepat.
Hal ini disebabkan zat padat dalam proses sublimasi mengalami proses perubahan
langsung menjadi gas tanpa melalui fase cair, kemudian terkondensasi menjadi
padatan atau kristalkembali. Sehingga dalam proses sublimasi, naftalen tidak
berubah menjadi senyawa lain, hanya beubah bentuk (fase) dari padat ke gas
(Riswiyanto., dkk, 2003).
Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih
yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang
telah tercemar atau tercampur. Campuran adalah setia contoh materi yang tidak
murni, yaitu bukan sebuah unsur atau sebuah senyawa. Susunan suatu campuran
tidak sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi, campuran dapat berupa homogen
dan heterogen. Campuran merupakan suatu materi yang dibuat dari penggabungan
dua zat berlainan atau lebih menjadi satu zat fisik. Tiap zat dalam campuran
ini tetap mempertahakan sifat-sifat aslinya. Sifat-sifat asli campuran :
- Campuran
terbentuk tanpa melalui reaksi kimia.
- mempunyai
sifat zat asalnya
- Terdiri
dari dua jenis zat tunggal atau lebih.
- Komposisinya
tidak tetap.
Campuran terbagi menjadi dua (2) bagian, yaitu campuran homogen dan
campuran heterogen.
Campuran homogen (larutan) adalah campuran unsur-unsur dan atau
senyawa yang mempunyai susunan seragam dalam contoh itu tetapi berbeda susunan
dari contoh lain, selain itu juga merupakan penggabungan zat tunggal atau lebih
yang semua partikelnya menyebar merata sehingga membentuk satu fase. Yang
disebut satu fase adalah zat dan sifat komposisinya sama antara satu bagian
dengan bagian lain didekatnya dan juga campuran dapat dikatakan campuran
homogen jika antara komponennya tidak terdapat bidang batas sehingga tidak
terbedakan lagi walaupun menggunakan mikroskop ultra. Selain itu campuran
homogen mempunyai komposisi yang sama pada setiap bagiannya dan juga memiliki
sifat-sifat yang sama diseluruh cairan. Campuran heterogen adalah campuran yang
komponen-komponennya dapat memisahkan diri secara fisik karena perbedaan
sifatnya dan penggabungan yang tidak merata antara dua zat tunggal atau lebih
sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnyatidak sama
diberbagai bejana. Dan juga campuran dapat dikatakan campuran heterogen jika
antara komponennya masihterdapat bidang batas dan sering kali dapat dibedakan
tanpa menggunakan mikroskop, hanya dengan mata telanjang, serta campuran
memiliki dua fase, sehingga sifat-sifatnya tidak seragam (Ralph dan seminar,
1996).
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia.
Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan, sedangkan secara
kimia, satu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga
dapat dipisahkan. Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis,
wujud, dan sifat komponen yang terkandung didalamnya. Jika komponen berwujud
padat dan cair , misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan dengan saringan.
Saringan bermacam-macam, mulai dari yang porinya besar sampai yang sangat
halus, contohnya kertas saring dan selaput semi permiabel. Kertas saring
dipakai untuk memisahkan endapan atau padatan dari pelarut. Selaput semi
permiabel dipakai untuk memisahkan suatu koloid dari pelarutnya (Syukri, 1999).
Sublimasi adalah wujud zat dari padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila
partikel penyusun suatu zat padat diberikan kenaikan suhu melalui pemanasan,
maka partikel tesebut akan berubah fase (ujud) menjadi gas. Sebaliknya, blia
suhu gas tersebut diturunkan dengan cara kendensasi, maka gas akan segera
berubah menjadi padat. Pada dasarnya seblimiasi diterapkan untuk memisahkan
suatu zat dari pengotornya (impuritis) sehingga diperoleh zat yang lebih murni,
kotoran biasanya akan tertinggal dalam wadah akibat ketidakmampuannya dala
menyublim. Syarat pemisahan campuran dengan menggunakan seblimasi adalah
pertikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar,
sehingga dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Seblimasi
juga diartikan sebagai proses perubahan zat dari fase padat menjadi uap,
kemudian uap tersebut dikondensasi langsung menjadi padat tanpa melalui fase
cair.(Heru, 2013)
II.
Metoda Percobaan
A.
Alat Dan Bahan
No
|
Alat
|
Jumlah
|
Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Gelas kimia
100 ml
|
1 buah
|
Naftalen
|
0,5 gram
|
2
|
Gelas kimia
50 ml
|
1 buah
|
Es balok
|
Secukupnya
|
3
|
Spatula
|
1 buah
|
Kertas saring
|
1 buah
|
4
|
Klep penjepit
|
1 buah
|
|
|
5
|
Kassa dan
kaki tiga
|
1 buah
|
|
|
6
|
Pembakar
spirtus
|
1 buah
|
|
|
7
|
Neraca analitik
|
1
buah
|
|
|
B.
Prosedur Kerja
1.
Masukkan
0,5 gram naftalen ke dalam gelas kimia 100 ml.
2.
Ke
dalam gelas kimia 100 ml yang telah berisi naftalen masukkan gelas kimia 50 ml.
Penuhi gelas kimia 50 ml tersebut setengah bagiannya dengan es balok. Penuhi
gelas kimia yang telah disusun tersebut di atas api.
3.
Gunakan
api kecil untuk pemanasan.
4.
Padatan
naftalen murni akan berkumpul dan menempel di bawah gelas kimia 50 ml. Jika
semua zat telah menempel pada gelas kimia, hentikan pemanasan.
5.
Buang
air dingin dalam gelas kimia 50 ml dan dengan hati-hati kumpulkan naftalen ke
dalam kertas saring dengan menggunakan spatula.
6.
Kemudian
timbang dengan menggunakan neraca analitik.
III.
Hasil Pengamatan
Perlakuan
|
Hasil
|
0,5
gram naftalen dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml + es balok dimasukkan ke
gelas kimia 50 ml + panaskan + setelah naftalen menempel semua pada gelas
kimia 50 ml pemanasan dihentikan + kumpulkan naftalen + timbang
|
+Padatan
naftalen berwarna putih
+es balok
dalam keadaan beku
+setelah
dipanaskan naftalen menempel pada gelas kimia 50 ml
+padatan
menjadi gas dan berubah lagi menjadi kristal
+padatan
tetap berwarna putih
|
Perhitungan :
Diketahui : kertas timbang = 0,3336 gram
Berat naftalen = 0,5 gram
Berat kristal = 0,8011 – 0.3336
= 0,4675 gram
Rendemen % =
x 100%

=
x 100%

= 0,935 x 100%
= 93,5%
Reaksi :
C₁₀H₈₍s₎ → C₁₀H₈₍g₎
IV.
Pembahasan
Pada
percobaan telah dilakukan pemurnian naftalen dengan cara sublimasi. Sublimasi
adalah salah satu pemisahan zat-zat yang mudah menyublim, perubahan wujud zat
padat ke gas atau gas ke padat. Bila partikel suatu zat diberikan kenaikan suhu
maka partikel tersebut akan menyublim menjadi gas, sebaliknya jika suhu gas
tersebut diturunkan maka gas akan segera berubah wujudnya menjadi panas. Gas
yang dihasilkan ditampung kembali lalu didinginkan kembali. Syarat pemisahan
campuran pada sublimasi adalah partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan
titik didih yang besar sehingga kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat
kemurnian yang tinggi begitupun syarat sampel untuk sublimasi adalah dengan
sifat kimia mudah menguap agar mudah proses sublimasinya.
Pada
percobaan sublimasi, pemurnian naftalen dengan menggunakan proses sublimasi
dikarenakan naftalen yang mudah menyublim dan merupakan padatan kristal yang
tidak berwarna. Neftelen yang telah dimasukan
pada gelas kimia dibakar dan dipanaskan, reaksi dari naftalen berlangsung
dengan sangat cepat, dimana padatan berubah menjadi gas, gas tersebut ditangkap
oleh kaca pada permukaan gelas kimia yang terdapat es batu di atasnya. Adanya
es batu ini untuk menangkap fase gas dan akhirnya akan menjadi kristal kembali.
Hal ini disebabkan zat padat dalam proses sublimasi mengalami proses perubahan
langsung menjadi gas tanpa melalui fase cair, kemudian terkondensasi menjadi
padatan atau kristal kembali. Sehingga dalam proses sublimasi, naftalen tidak
berubah menjadi senyawa lain, hanya berubah bentuk dari padat ke gas.
Pada
penentuan rendemen dihasilkan berat kristal = 0,4675 gram sehingga rendemennya
adalah 93,5%. Dan pada penentuan titik leleh dengan menggunakan pipa kapiler
menghasilkan suhu 65°C, ini tidak sama dibandingkan dengan litelatur yaitu
80,26°C. Hal ini dikarenakan titik leleh suatu
zat padat adalah suatu temperatur dimana terjadinya keadaan setimbang antara
fasa padat dan fasa cair pada tekanan satu atmosfer, prinsipnya suatu zat bisa
meleleh karena ikatan antarmolekul terputus dimana putusnya molekul itu yang
memerlukan suhu berbeda-beda tergantung pada kekuatan ikatan tersebut, semakin
kuat ikatannya maka semakin tinggi suhu yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan
tersebut. Dengan adanya zat pengotor, ikatan yang terputus akan lebih banyak
atau intinya tergantung pada zat pengotornya. Titik leleh juga bisa untuk
mengukur gaya intermolekul antar senyawa dimana makin tinggi titik leleh maka
makin besar gaya intermolekulernya, beberapa molekul dengan berat molekul sama,
maka molekul yang lebih polar dan struktur molekul yang lebih simetris akan
lebih tinggi. Angka titik leleh dan kisarannya tergantung pada kecepatan
pemanasan, keakuratan pada termometer yang
digunakan dan sifat padatan senyawa yang terdapat pada suatu padatan yang telah
diisolasi, rentang lelehannya harus ditentukan untuk memastikan identitas dan
kemurniannya.
(Muhammad
Zulfikar) 1147020042
Pada percobaan
sublimasi, Pemurnian naftalen dengan menggunakan proses sublimasi di karenakan
karena sifat naftalen yang mudah menyublim dan merupakan padatan Kristal yang
tak bewarna. menurut Riswiyanto (2003) Reaksi dari naftalen berlangsung dengan sangat
cepat. Hal ini disebabkan zat padat dalam proses sublimasi mengalami proses perubahan
langsung menjadi gas tanpa melalui fase cair, kemudian terkondensasi menjadi
padatan atau Kristal kembali. Sehingga dalam proses sublimasi, naftalen
tidak berubah menjadi senyawa lain, hanya beubah bentuk (fase) dari padat
ke gas.
Sublimasi
juga menurut Baharudin (2003) menjelaskan bahwa Sublimasi diartikan sebagai peristiwa yang melibatkan proses
perubahan wujud zat dari keadaan padat langsung ke keadaan gas atau proses
sebaliknya. Padatan yang diperoleh melalui proses sublimasi disebut sublimat.
Jadi zat yang dimurnikan dengan cara sublimasi adalah zat yang volatile (mudah
menguap), sebagai contohnya adalah naftalen.
Naftalena (C10H8)
menurut Kenaan (2005) adalah senyawa murni pertama yang diperoleh dari fiksasi
didih lebih tinggi dari batu bara. Naftalen mudah di isolasi karena senyawa ini
menyublim dari gas sebagai padatan Kristal tak bewarna yang indah, dengan titik
leleh 800C. naftalen merupakan molekul planar dengan dua cincin
benzene yang berfusi (bergabung).
Dan pada percobaan ini hasil
perhitungan % rendemen Kristal adalah 93.5 %. Perhitungan ini sangat akurat
karena rendemen kurang dari 100%. Ini disebabkan karena naftalen yang
diletakkan didalam gelas kimia saat praktikum terpusat ditengah sehingga pada
proses sublimasi semua menempel pada gelas kimia. Luas permukaan gelas kimia
sama seimbang dan luas permukaan gelas kimia tidak terlalu besar atau pas
sehingga Kristal naftalen tidak tersebar kesegala bagian gelas kimia.
Kesimpulan
Dari
percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
-
Sublimasi adalah salah satu cara pemisahan dan pemurnian zat
padat menjadi gas.
-
Dapat mempelajari jenis pemisahan dan pemurnian seperti,
ekstraksi, dekantasi, filtrasi, dan evaporasi.
-
Mengetahui cara pemurnian suatu campuran dengan metode
sublimasi.
-
% Rendepen yang diperoleh adalah 93.5 %.
Daftar Pustaka
Baharusin.
2003. Penentuan Rasio C2/mg
Optimum Pada Proses Pemurnian. Pekanbaru : Universitas Riau.
Kenaan,
Charles. 2005. Kimia Untuk Universitas.
Jakarta : Erlangga.
Riswayanto.
2003. Sains Indonesia. Tahun
Publikasi : Nasional.
PEMBAHASAN
SARAH
PERMATASARI (1147020059)
Naftalen yang kotor dapat dimurnikan dengan proses sublimasi.
Sehingga untuk memisahkan kapur barus dan iodium dari
pengotornya dapat dilakukan dengan cara memisahkan partikel yang
mudah menyublim tersebut menjadi gas. Sublimasi adalah proses perubahan wujud
zat dari padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila partikel penyusun suatu zat
padat diberikan kenaikan suhu, maka partikel tersebut akan menyublim menjadi
gas. Sebaliknya, bila suhu gas tersebut diturunkan, maka gas akan segera
berubah wujudnya menjadi padat. Syarat pemisahan campuran dengan menggunkan
sublimasi adalah partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih
yang besar, sehingga kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang
tinggi (Purba, 2002).
Sublimasi naftalen prinsipnya adalah naftalen diubah menjadi gas dengan
memanaskan naftalen bersama kotoran. Setelah naftalen berubah menjadi gas, gas
akan terperangkap di gelas kimia yang diletakkan diatasnya telah ditutup dengan
gelas kimia sehingga gas naftalen tidak keluar. Dan terperangkap menguap ke
atas dan menempel pada gelas kimia yang didalamnya sudah diberi es batu. Hasil
dari percobaan adalah adanya naftalen yang menempel di bagian bawah gelas kimia
kecil yang berbentuk kerak membentuk kristal-kristal kecil berwarna putih dan
runcing seperti jarum. Pada akhirnya kotoran akan tertinggal di dasar gelas
kimia karena tidak dapat menyublim.
Menurut (Fessenden, 1999) syarat pemisahan campuran dengan metode
sublimasi diantaranya :
1.
Zat padat yang memiliki suhu dan tekanan di bawah T° dan P°, T° dan P° adalah
suhu dan tekanan dimana zat berada dalam keadaan setimbang.
2.
Partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar
sehingga kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi
Naftalen adalah hidrokarbon kristalin aromatik berbentuk padatan
berwarna putih dengan rumus molekul C10H8 dan berbentuk dua cincin benzena
yang bersatu. Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap walau dalam bentuk
padatan. Uap yang dihasilkan bersifat mudah terbakar. Naftalen meleleh pada
suhu 80,26oC (Ansyori, 2011).
Titik leleh adalah setiap zat pada tekanan tertentu, ada suhu
tertentu pada saat zat cair dan zat padatnya dapat berada dalam keadaan
setimbang (Brady, 1999). Hasil penentuan titik leleh naftalen berdasarkan
pengamatan didapatkan adalah 65oC.
Menurut (Keenan, 1984), dalam menentukan titik leleh suatu zat, ada
faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut meleleh yaitu
:
1. Ukuran
Kristal
Ukuran
kristal sangat berpengaruh dalam menentukan titik leleh suatu zat. Apabila
semakin besar ukuran partikel yang digunakan, maka semakin sulit terjadinya
pelelehan.
2. Banyaknya
sampel
Banyaknya
sampel suatu zat juga dapat mempengaruhi cepat lambatnya proses pelelehan. Hal
ini dikarenakan apabila semakin sedikit sampel yang digunakan, maka semakin
cepat proses pelelehannya. Begitu pula sebaliknya jika semakin banyak sampel
yang digunakan maka semakin lama proses pelelehannya.
3. Pengemasan
dalam kapiler.
· Pemanasan
dalam suatu pemanas harus menggunakan api atau panas yang bertahan.
· Adanya
senyawa lain yang dapat mempengaruhi range titik leleh.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah kami lakukan, naftalen
menyublim dengan menyisakan kristal yang menempel didasar gelas kimia berupa
jarum dan pipih runcing. Naftalen meleleh pada suhu 65 oC. Hal tersebut tidak
sesuai dengan teori titik leleh naftalen yaitu sekitar 80,26 oC. Hal ini
disebabkan karena zat padat yang diamati mungkin tidak murni (adanya zat
asing) dalam suatu kisi yang mengganggu struktur kristal naftalen secara
keseluruhan, sehingga terjadi penyimpangan dari titik leleh senyawa
murninya yang berupa penurunan titik leleh dan perluasan range titik leleh
sehingga memperlemah ikatan-ikatan di dalamnya. Karena semakin murni suatu
senyawa,maka trayek (range) suhu lelehnya makin sempit. Faktor kesalahan saat melakukan percobaan
pengamatan titik leleh naftalen adalah penggunaan pipa kapiler yang tidak
bersih, keliru menenetukan titik lelehan awal naftalen sehingga
suhu naftalen yang didapatkan kurang dari 80,26 oC, kesalahan
alat seperti thermometer yang sudah rusak sehingga tidak sensitive lagi
terhadap suhu, juga salah dalam pembacaan skala di termometer.
Adapun
reaksi kimia yang dihasilkan dari sublimasi naftalen adalah :
C10H8
(s) + H2O C10H8 (s) murni
Dengan
rendemen yang dihasilkan hampir sempurna yaitu 93,5 %.
KESIMPULAN
1.
Hasil dari percobaan adalah adanya naftalen yang menempel di bagian bawah gelas
kimia yang berbentuk kerak membentuk kristal-kristal kecil berwarna putih dan
runcing seperti jarum. Pada akhirnya kotoran akan tertinggal di dasar gelas
kimia karena tidak dapat menyublim.
2.
Rendemen yang dihasilkan adalah 93,5% (belum sempurna) disebabkan masih ada zat
pengotor.
3.
Titik leleh naftalen adalah pada suhu 65°C.
Penyimpangan titik leleh dapat disebabkan oleh tidak murninya suatu zat.
DAFTAR
PUSTAKA
Ansyori.
2011. Kimia. Bandung : Penerbit Ganeca Exact.
Brady,
E., James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Penerbit
Binarupa
Aksara.
Fessenden,
J Ralp, Joan S Fessenden. 1999. Kimia Organik. Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Keenan.
1984. Kimia untuk Universitas. Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Purba,
Michael. 2002. Kimia. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Riska Meliani 1147020053
PEMBAHASAN
Sublimasiadalahsalahsatupemisahanzat-zat
yang mudahmenyublim.perubahanwujudzatpadatke gas ataudari gas kepadat.
Bilapartikelpenyusunsuatuzatdiberikankenaikansuhumakapartikeltersebutakanmenyublimmenjadi
gas, sebaliknyajikasuhu gas tersebutditurunkanmaka gas
akansegeraberubahwujudnyamenjadipanas. Gas yang
dihasilkanditampunglaludidinginkankembali.Syaratpemisahancampuranpadasublimasiadalahpartikel
yang bercampurharusmemilikiperbedaantitikdidih yang
besarsehinggakitadapatmenghasilkanuapdengantingkatkemurnian yang
tinggi.Begitupunsyaratsampeluntuksublimasiadalahdengansifatkimiamudahmenguap
agar mudah proses sublimasinya.
Padapercobaansublimasi,
Pemurniannaftalendenganmenggunakan proses
sublimasidikarenakankarenasifatnaftalen yang mudahmenyublimdanmerupakanpadatan
Kristal yang takbewarna (Riswiyanto,2003).
Reaksidarinaftalenberlangsungdengansangatcepat. Hal inidisebabkanzatpadatdalam
proses sublimasimengalami proses perubahanlangsungmenjadi gas
tanpamelaluifasecair, kemudianterkondensasimenjadipadatanataukristalkembali.
Sehinggadalam proses sublimasi, naftalentidakberubahmenjadisenyawa lain,
hanyabeubahbentuk (fase) daripadatke gas.
Padapercobaandiperolehberatnaftalenmurniyaitu 0,37 gram yang
sebelumnyaberatnaftalenadalah0,6475 gram. Beratnaftalen yang
didapatkanlebihsedikitdaripadajumlahawaldarinaftalensebelumsublimasi.
Dalampercobaansublimasitidakdilakukanpengujiantitkleleh.Untukmemestikan
Kristal naftalen yang didapatyaitudaribentuk Kristal yang sepertijarum
(monoklin) danbentuk Kristal yang didapatkanlebih tipis
danjernihdaripadasebelumsublmasi.
Berdasarkanhasilperhitungan
%rendemenkristaladalah 74%, nilai % rendemeninitidakterlaluakurat
(kurangmendekati 100%), halinidisebabkansaatpraktikum, yaitu:
1.
Naftalen yang
diletakkandidalamgelaskimiatidakterpusatditengah (tercecer), sehinggaketika
proses sublimasi,
tidaksemuamenempelpadaerlenmeyerdankarenaluasnyapermuakaantempatnaftalendiletakkan,
sehinggasebagianmenguapkeudara
2.
luaspermukaanerlenmeyer
yang besar, sehinggakristalnaftalentersebarkesegalabagianbawaherlenmeyer, baik
di tengahataupundisampingannya,
sehinggamenyulitkanketikadilakukanpengambilandengan spatula
3. kristal yang terbentuktidaksemuaterbawaoleh
spatula, karenasulitnyasaatpengambilandimanaesbatudalamerlenmeyer yang
mulaimencair, sehinggakristalberairdanmenyulitkansaatpengambilandengan spatula.
KESIMPULAN
Prinsippemisahandanpemurnianzatpadatdenganteknikrekristalisasididasarkanpada
adanyaperbedaankelarutanzatpadatdalampelarutmurnimaupunpelarutcampuran.
Pemurniandenganmetodasublimasidapatdilakukankarenaadanyaperbedaankemampuanuntukmenyublimpadasuhutertentuantarazatmurnidanpengotornya.
Kriteriapelarut yang baikyaitu; tidakbereaksidenganzatpadat yang akandirekristalisasi, zatpadatnyaharusmempunyakelarutanterbatas (sebagian) ataurelatiftaklarutdalampelarutpadasuhukamaratausuhukristalisasi, zatpadatnyamempunyaikelarutan yang tinggi (larutbaik) dalamsuhudidihpelarutnya, titikdidihpelaruttidakmelebihititiklelehzatpadat yang akandirekristalisasi.
Pemurniandenganmetodasublimasidapatdilakukankarenaadanyaperbedaankemampuanuntukmenyublimpadasuhutertentuantarazatmurnidanpengotornya.
Kriteriapelarut yang baikyaitu; tidakbereaksidenganzatpadat yang akandirekristalisasi, zatpadatnyaharusmempunyakelarutanterbatas (sebagian) ataurelatiftaklarutdalampelarutpadasuhukamaratausuhukristalisasi, zatpadatnyamempunyaikelarutan yang tinggi (larutbaik) dalamsuhudidihpelarutnya, titikdidihpelaruttidakmelebihititiklelehzatpadat yang akandirekristalisasi.
Daftar pustaka
Arsyad,m.Natsir.2001.kamus kamus kimia dan arti
penjelasan istilah.gramedia.jakarta
Keenan, Charles
W. dkk., 1992, Kimia UntukUniversitasJilid 2, Erlangga. Jakarta.
Riswiyanto.,RidlaBakri,
BayuPrawira., Sains Indonesia 7 (3): 75-80., 2003. TahunPublikasi:
2003. Status
Publikasi,Nasional
V.
Kesimpulan
1.
Titik
leleh naftalen di dapatkan 65°C.
2.
Kristal
berbentuk seperti lempengan kasa yang tipis.
3.
Hasil
rendemen yang di dapatkan yaitu 93,5%.
VI.
Daftar Pustaka
Heru., M. 2013 http://anythingforbook.blogspot.com/2013/02/proses-sublimasi.html. [Diakses pada
tanggal 04 Maret 2015].
Kusnandini. 2011. http://kusnandini.wordpress.com/2011/04/30/pemisahan-dan-pemurnian-zat-padat/.
[Diakses pada tanggal 04 Maret 2015].
Petrucci,
Ralph H dan seminar. 1987. Kimia Dasar. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Riswiyanto.,
Ridla Bakri, Bayu Prawira. Sains Indonesia 7 (3): 75-80., 2003.
Tahun Publikasi, : 2003. Status Publikasi, : Nasional.
Syukri.
1999. Kimia Dasar 1. ITB : Bandung.
VII.
Lampiran





guuuuuutt!!!!
BalasHapusWhat Does make money? - WorkPacker
BalasHapusHow does a make money betting website work in this case? How does a sportsbook become a หาเงินออนไลน์ sportsbook? When does the online sportsbook become a