Kamis, 28 Desember 2017

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PEMURNIAN NAFTALEN DENGAN CARA SUBLIMASI

Nama : Nurillah Novia Hermaniawati
NIM   : 1147020048
Kelas  : Biologi 2B
Kelompok 3 : Muhammad Zulfikar Mahmudin
Riska Meliani
Sarah Permatasari
Tanggal Praktikum :  20 Februari  2015
Tanggal Laporan    : 06 Maret 2015


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM  NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2015
PEMURNIAN NAFTALEN DENGAN CARA SUBLIMASI
I.                   Pendahuluan
A.                Tujuan
Tujuan pada percobaan ini adalah menentukan titik leleh naftalen, bentuk kristal, dan rendemen kristal yang telah disublimasi.
B.                 Dasar Teori
Sublimasi adalah salah satu pemisahan zat-zat yang mudah menyublim. perubahan wujud zat padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila partikel penyusun suatu zat diberikan kenaikan suhu maka partikel tersebut akan menyublim menjadi gas, sebaliknya jika suhu gas tersebut diturunkan maka gas akan segera berubah wujudnya menjadi panas. Gas yang dihasilkan ditampung lalu didinginkan kembali. Syarat pemisahan campuran pada sublimasi adalah partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar sehingga kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Begitupun syarat sampel untuk sublimasi adalah dengan sifat kimia mudah menguap agar mudah proses sublimasinya. Pada percobaan sublimasi, Pemurnian naftalen dengan menggunakan proses sublimasi dikarenakan karena sifat naftalen yang mudah menyublim dan merupakan padatan Kristal yang tak bewarna. Reaksi dari naftalen berlangsung dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan zat padat dalam proses sublimasi mengalami proses perubahan langsung menjadi gas tanpa melalui fase cair, kemudian terkondensasi menjadi padatan atau kristalkembali. Sehingga dalam proses sublimasi, naftalen tidak berubah menjadi senyawa lain, hanya beubah bentuk (fase) dari padat ke gas (Riswiyanto., dkk, 2003).
Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur. Campuran adalah setia contoh materi yang tidak murni, yaitu bukan sebuah unsur atau sebuah senyawa. Susunan suatu campuran tidak sama dengan sebuah zat, dapat bervariasi, campuran dapat berupa homogen dan heterogen. Campuran merupakan suatu materi yang dibuat dari penggabungan dua zat berlainan atau lebih menjadi satu zat fisik. Tiap zat dalam campuran ini tetap mempertahakan sifat-sifat aslinya. Sifat-sifat asli campuran :
-          Campuran terbentuk tanpa melalui reaksi kimia.
-          mempunyai sifat zat asalnya
-          Terdiri dari dua jenis zat tunggal atau lebih.
-          Komposisinya tidak tetap.
Campuran terbagi menjadi dua (2) bagian, yaitu campuran homogen dan campuran heterogen.
Campuran homogen (larutan) adalah campuran unsur-unsur dan atau senyawa yang mempunyai susunan seragam dalam contoh itu tetapi berbeda susunan dari contoh lain, selain itu juga merupakan penggabungan zat tunggal atau lebih yang semua partikelnya menyebar merata sehingga membentuk satu fase. Yang disebut satu fase adalah zat dan sifat komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian lain didekatnya dan juga campuran dapat dikatakan campuran homogen jika antara komponennya tidak terdapat bidang batas sehingga tidak terbedakan lagi walaupun menggunakan mikroskop ultra. Selain itu campuran homogen mempunyai komposisi yang sama pada setiap bagiannya dan juga memiliki sifat-sifat yang sama diseluruh cairan. Campuran heterogen adalah campuran yang komponen-komponennya dapat memisahkan diri secara fisik karena perbedaan sifatnya dan penggabungan yang tidak merata antara dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnyatidak sama diberbagai bejana. Dan juga campuran dapat dikatakan campuran heterogen jika antara komponennya masihterdapat bidang batas dan sering kali dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop, hanya dengan mata telanjang, serta campuran memiliki dua fase, sehingga sifat-sifatnya tidak seragam (Ralph dan seminar, 1996).
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan, sedangkan secara kimia, satu komponen atau lebih direaksikan  dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan. Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen yang terkandung didalamnya. Jika komponen berwujud padat dan cair , misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan dengan saringan. Saringan bermacam-macam, mulai dari yang porinya besar sampai yang sangat halus, contohnya kertas saring dan selaput semi permiabel.  Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan atau padatan dari pelarut. Selaput semi permiabel dipakai untuk memisahkan suatu koloid dari pelarutnya (Syukri, 1999).
Sublimasi adalah wujud zat dari padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila partikel penyusun suatu zat padat diberikan kenaikan suhu melalui pemanasan, maka partikel tesebut akan berubah fase (ujud) menjadi gas. Sebaliknya, blia suhu gas tersebut diturunkan dengan cara kendensasi, maka gas akan segera berubah menjadi padat. Pada dasarnya seblimiasi diterapkan untuk memisahkan suatu zat dari pengotornya (impuritis) sehingga diperoleh zat yang lebih murni, kotoran biasanya akan tertinggal dalam wadah akibat ketidakmampuannya dala menyublim. Syarat pemisahan campuran dengan menggunakan seblimasi adalah pertikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar, sehingga dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Seblimasi juga diartikan sebagai proses perubahan zat dari fase padat menjadi uap, kemudian uap tersebut dikondensasi langsung menjadi padat tanpa melalui fase cair.(Heru, 2013)




II.                Metoda Percobaan
A.                Alat Dan Bahan
No
Alat
Jumlah
Bahan
Jumlah
1
Gelas kimia 100 ml
1 buah
Naftalen
0,5 gram
2
Gelas kimia 50 ml
1 buah
Es balok
Secukupnya
3
Spatula
1 buah
Kertas saring
1 buah
4
Klep penjepit
1 buah


5
Kassa dan kaki tiga
1 buah


6
Pembakar spirtus
1 buah


7
Neraca analitik
1        buah



B.     Prosedur  Kerja
1.      Masukkan 0,5 gram naftalen ke dalam gelas kimia 100 ml.
2.      Ke dalam gelas kimia 100 ml yang telah berisi naftalen masukkan gelas kimia 50 ml. Penuhi gelas kimia 50 ml tersebut setengah bagiannya dengan es balok. Penuhi gelas kimia yang telah disusun tersebut di atas api.
3.      Gunakan api kecil untuk pemanasan.
4.      Padatan naftalen murni akan berkumpul dan menempel di bawah gelas kimia 50 ml. Jika semua zat telah menempel pada gelas kimia, hentikan pemanasan.
5.      Buang air dingin dalam gelas kimia 50 ml dan dengan hati-hati kumpulkan naftalen ke dalam kertas saring dengan menggunakan spatula.
6.      Kemudian timbang dengan menggunakan neraca analitik.




III.             Hasil Pengamatan
Perlakuan
Hasil
0,5 gram naftalen dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml + es balok dimasukkan ke gelas kimia 50 ml + panaskan + setelah naftalen menempel semua pada gelas kimia 50 ml pemanasan dihentikan + kumpulkan naftalen + timbang
+Padatan naftalen berwarna putih
+es balok dalam keadaan beku
+setelah dipanaskan naftalen menempel pada gelas kimia 50 ml
+padatan menjadi gas dan berubah lagi menjadi kristal
+padatan tetap berwarna putih

Perhitungan :
Diketahui : kertas timbang = 0,3336 gram
                 Berat naftalen = 0,5 gram
                 Berat kristal = 0,8011 – 0.3336
                                      = 0,4675 gram
Rendemen % =  x 100%
                       =  x 100%
                          = 0,935 x 100%
                          = 93,5%
Reaksi :
C₁₀H₈₍s → C₁₀H₈₍g




IV.             Pembahasan
Pada percobaan telah dilakukan pemurnian naftalen dengan cara sublimasi. Sublimasi adalah salah satu pemisahan zat-zat yang mudah menyublim, perubahan wujud zat padat ke gas atau gas ke padat. Bila partikel suatu zat diberikan kenaikan suhu maka partikel tersebut akan menyublim menjadi gas, sebaliknya jika suhu gas tersebut diturunkan maka gas akan segera berubah wujudnya menjadi panas. Gas yang dihasilkan ditampung kembali lalu didinginkan kembali. Syarat pemisahan campuran pada sublimasi adalah partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar sehingga kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi begitupun syarat sampel untuk sublimasi adalah dengan sifat kimia mudah menguap agar mudah proses sublimasinya.
Pada percobaan sublimasi, pemurnian naftalen dengan menggunakan proses sublimasi dikarenakan naftalen yang mudah menyublim dan merupakan padatan kristal yang tidak berwarna. Neftelen yang telah dimasukan pada gelas kimia dibakar dan dipanaskan, reaksi dari naftalen berlangsung dengan sangat cepat, dimana padatan berubah menjadi gas, gas tersebut ditangkap oleh kaca pada permukaan gelas kimia yang terdapat es batu di atasnya. Adanya es batu ini untuk menangkap fase gas dan akhirnya akan menjadi kristal kembali. Hal ini disebabkan zat padat dalam proses sublimasi mengalami proses perubahan langsung menjadi gas tanpa melalui fase cair, kemudian terkondensasi menjadi padatan atau kristal kembali. Sehingga dalam proses sublimasi, naftalen tidak berubah menjadi senyawa lain, hanya berubah bentuk dari padat ke gas.
Pada penentuan rendemen dihasilkan berat kristal = 0,4675 gram sehingga rendemennya adalah 93,5%. Dan pada penentuan titik leleh dengan menggunakan pipa kapiler menghasilkan suhu 65°C, ini tidak sama dibandingkan dengan litelatur yaitu 80,26°C. Hal ini dikarenakan titik leleh suatu zat padat adalah suatu temperatur dimana terjadinya keadaan setimbang antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan satu atmosfer, prinsipnya suatu zat bisa meleleh karena ikatan antarmolekul terputus dimana putusnya molekul itu yang memerlukan suhu berbeda-beda tergantung pada kekuatan ikatan tersebut, semakin kuat ikatannya maka semakin tinggi suhu yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan tersebut. Dengan adanya zat pengotor, ikatan yang terputus akan lebih banyak atau intinya tergantung pada zat pengotornya. Titik leleh juga bisa untuk mengukur gaya intermolekul antar senyawa dimana makin tinggi titik leleh maka makin besar gaya intermolekulernya, beberapa molekul dengan berat molekul sama, maka molekul yang lebih polar dan struktur molekul yang lebih simetris akan lebih tinggi. Angka titik leleh dan kisarannya tergantung pada kecepatan pemanasan, keakuratan pada termometer  yang digunakan dan sifat padatan senyawa yang terdapat pada suatu padatan yang telah diisolasi, rentang lelehannya harus ditentukan untuk memastikan identitas dan kemurniannya.



(Muhammad Zulfikar) 1147020042
Pada percobaan sublimasi, Pemurnian naftalen dengan menggunakan proses sublimasi di karenakan karena sifat naftalen yang mudah menyublim dan merupakan padatan Kristal yang tak bewarna. menurut Riswiyanto (2003) Reaksi dari naftalen berlangsung dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan zat padat dalam proses sublimasi mengalami proses perubahan langsung menjadi gas tanpa melalui fase cair, kemudian terkondensasi menjadi padatan atau Kristal kembali. Sehingga dalam proses sublimasi, naftalen tidak berubah menjadi senyawa lain, hanya beubah bentuk (fase) dari padat ke gas.
Sublimasi juga menurut Baharudin (2003) menjelaskan bahwa Sublimasi diartikan sebagai peristiwa yang melibatkan proses perubahan wujud zat dari keadaan padat langsung ke keadaan gas atau proses sebaliknya. Padatan yang diperoleh melalui proses sublimasi disebut sublimat. Jadi zat yang dimurnikan dengan cara sublimasi adalah zat yang volatile (mudah menguap), sebagai contohnya adalah naftalen.
Naftalena (C10H8) menurut Kenaan (2005) adalah senyawa murni pertama yang diperoleh dari fiksasi didih lebih tinggi dari batu bara. Naftalen mudah di isolasi karena senyawa ini menyublim dari gas sebagai padatan Kristal tak bewarna yang indah, dengan titik leleh 800C. naftalen merupakan molekul planar dengan dua cincin benzene yang berfusi (bergabung).
Dan pada percobaan ini hasil perhitungan % rendemen Kristal adalah 93.5 %. Perhitungan ini sangat akurat karena rendemen kurang dari 100%. Ini disebabkan karena naftalen yang diletakkan didalam gelas kimia saat praktikum terpusat ditengah sehingga pada proses sublimasi semua menempel pada gelas kimia. Luas permukaan gelas kimia sama seimbang dan luas permukaan gelas kimia tidak terlalu besar atau pas sehingga Kristal naftalen tidak tersebar kesegala bagian gelas kimia.



Kesimpulan
            Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
-          Sublimasi adalah salah satu cara pemisahan dan pemurnian zat padat menjadi gas.
-          Dapat mempelajari jenis pemisahan dan pemurnian seperti, ekstraksi, dekantasi, filtrasi, dan evaporasi.
-          Mengetahui cara pemurnian suatu campuran dengan metode sublimasi.
-          % Rendepen yang diperoleh adalah 93.5 %.

Daftar Pustaka
Baharusin. 2003. Penentuan Rasio C2/mg Optimum Pada Proses Pemurnian. Pekanbaru : Universitas Riau.
Kenaan, Charles. 2005. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Riswayanto. 2003. Sains Indonesia. Tahun Publikasi : Nasional.





PEMBAHASAN
SARAH PERMATASARI (1147020059)
Naftalen yang kotor dapat dimurnikan dengan proses sublimasi. Sehingga untuk memisahkan kapur barus dan iodium dari pengotornya  dapat dilakukan dengan cara memisahkan partikel yang mudah menyublim tersebut menjadi gas. Sublimasi adalah proses perubahan wujud zat dari padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila partikel penyusun suatu zat padat diberikan kenaikan suhu, maka partikel tersebut akan menyublim menjadi gas. Sebaliknya, bila suhu gas tersebut diturunkan, maka gas akan segera berubah wujudnya menjadi padat. Syarat pemisahan campuran dengan menggunkan sublimasi adalah partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar, sehingga kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi (Purba, 2002). 
Sublimasi naftalen prinsipnya adalah naftalen diubah menjadi gas dengan memanaskan naftalen bersama kotoran. Setelah naftalen berubah menjadi gas, gas akan terperangkap di gelas kimia yang diletakkan diatasnya telah ditutup dengan gelas kimia sehingga gas naftalen tidak keluar. Dan terperangkap menguap ke atas dan menempel pada gelas kimia yang didalamnya sudah diberi es batu. Hasil dari percobaan adalah adanya naftalen yang menempel di bagian bawah gelas kimia kecil yang berbentuk kerak membentuk kristal-kristal kecil berwarna putih dan runcing seperti jarum. Pada akhirnya kotoran akan tertinggal di dasar gelas kimia karena tidak dapat menyublim.
Menurut (Fessenden, 1999) syarat pemisahan campuran dengan metode sublimasi diantaranya :
1. Zat padat yang memiliki suhu dan tekanan di bawah T° dan P°, T° dan P° adalah suhu dan tekanan dimana zat berada dalam keadaan setimbang.
2. Partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar sehingga kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi
Naftalen adalah hidrokarbon kristalin aromatik berbentuk padatan berwarna putih dengan rumus molekul C10H8 dan berbentuk dua cincin benzena yang bersatu. Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap walau dalam bentuk padatan. Uap yang dihasilkan bersifat mudah terbakar. Naftalen meleleh pada suhu 80,26oC (Ansyori, 2011).
Titik leleh adalah setiap zat pada tekanan tertentu, ada suhu tertentu pada saat zat cair dan zat padatnya dapat berada dalam keadaan setimbang (Brady, 1999). Hasil penentuan titik leleh naftalen berdasarkan pengamatan didapatkan adalah 65oC.
Menurut (Keenan, 1984), dalam menentukan titik leleh suatu zat, ada faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut meleleh yaitu :
1.      Ukuran Kristal
Ukuran kristal sangat berpengaruh dalam menentukan titik leleh suatu zat. Apabila semakin besar ukuran partikel yang digunakan, maka semakin sulit terjadinya pelelehan.
2.      Banyaknya sampel
Banyaknya sampel suatu zat juga dapat mempengaruhi cepat lambatnya proses pelelehan. Hal ini dikarenakan apabila semakin sedikit sampel yang digunakan, maka semakin cepat proses pelelehannya. Begitu pula sebaliknya jika semakin banyak sampel yang digunakan maka semakin lama proses pelelehannya.
3.      Pengemasan dalam kapiler.
·   Pemanasan dalam suatu pemanas harus menggunakan api atau panas yang bertahan.
·   Adanya senyawa lain yang dapat mempengaruhi range titik leleh.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah kami lakukan, naftalen menyublim dengan menyisakan kristal yang menempel didasar gelas kimia berupa jarum dan pipih runcing. Naftalen meleleh pada suhu 65 oC. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori titik leleh naftalen yaitu sekitar 80,26 oC. Hal ini disebabkan karena zat padat yang diamati mungkin tidak murni (adanya zat asing) dalam suatu kisi yang mengganggu struktur kristal naftalen secara keseluruhan, sehingga terjadi penyimpangan dari titik leleh senyawa murninya yang berupa penurunan titik leleh dan perluasan range titik leleh sehingga memperlemah ikatan-ikatan di dalamnya. Karena semakin murni suatu senyawa,maka  trayek (range) suhu lelehnya makin sempit.  Faktor kesalahan saat melakukan percobaan pengamatan titik leleh naftalen adalah penggunaan pipa kapiler yang tidak bersih, keliru menenetukan titik lelehan awal naftalen sehingga suhu  naftalen yang didapatkan kurang dari 80,26 oC, kesalahan alat seperti thermometer yang sudah rusak sehingga tidak sensitive lagi terhadap suhu, juga salah dalam pembacaan skala di termometer.
Adapun reaksi kimia yang dihasilkan dari sublimasi naftalen adalah :
C10H8 (s) + H2O  C10H8 (s) murni
Dengan rendemen yang dihasilkan hampir sempurna yaitu 93,5 %.

KESIMPULAN
1. Hasil dari percobaan adalah adanya naftalen yang menempel di bagian bawah gelas kimia yang berbentuk kerak membentuk kristal-kristal kecil berwarna putih dan runcing seperti jarum. Pada akhirnya kotoran akan tertinggal di dasar gelas kimia karena tidak dapat menyublim.
2. Rendemen yang dihasilkan adalah 93,5% (belum sempurna) disebabkan masih ada zat pengotor.
3. Titik leleh naftalen adalah pada suhu 65°C.  Penyimpangan titik leleh dapat disebabkan oleh tidak murninya suatu zat.

DAFTAR PUSTAKA
Ansyori. 2011. Kimia. Bandung : Penerbit Ganeca Exact.
Brady, E., James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Penerbit
Binarupa Aksara.
Fessenden, J Ralp, Joan S Fessenden. 1999. Kimia Organik. Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Keenan. 1984. Kimia untuk Universitas. Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Purba, Michael. 2002.  Kimia. Jakarta : Penerbit Erlangga.





Riska Meliani 1147020053                            
PEMBAHASAN
Sublimasiadalahsalahsatupemisahanzat-zat yang mudahmenyublim.perubahanwujudzatpadatke gas ataudari gas kepadat. Bilapartikelpenyusunsuatuzatdiberikankenaikansuhumakapartikeltersebutakanmenyublimmenjadi gas, sebaliknyajikasuhu gas tersebutditurunkanmaka gas akansegeraberubahwujudnyamenjadipanas. Gas yang dihasilkanditampunglaludidinginkankembali.Syaratpemisahancampuranpadasublimasiadalahpartikel yang bercampurharusmemilikiperbedaantitikdidih yang besarsehinggakitadapatmenghasilkanuapdengantingkatkemurnian yang tinggi.Begitupunsyaratsampeluntuksublimasiadalahdengansifatkimiamudahmenguap agar mudah proses sublimasinya.
Padapercobaansublimasi, Pemurniannaftalendenganmenggunakan proses sublimasidikarenakankarenasifatnaftalen yang mudahmenyublimdanmerupakanpadatan Kristal yang takbewarna (Riswiyanto,2003). Reaksidarinaftalenberlangsungdengansangatcepat. Hal inidisebabkanzatpadatdalam proses sublimasimengalami proses perubahanlangsungmenjadi gas tanpamelaluifasecair, kemudianterkondensasimenjadipadatanataukristalkembali. Sehinggadalam proses sublimasi, naftalentidakberubahmenjadisenyawa lain, hanyabeubahbentuk (fase) daripadatke gas. Padapercobaandiperolehberatnaftalenmurniyaitu 0,37 gram yang sebelumnyaberatnaftalenadalah0,6475 gram. Beratnaftalen yang didapatkanlebihsedikitdaripadajumlahawaldarinaftalensebelumsublimasi.
Dalampercobaansublimasitidakdilakukanpengujiantitkleleh.Untukmemestikan Kristal naftalen yang didapatyaitudaribentuk Kristal yang sepertijarum (monoklin) danbentuk Kristal yang didapatkanlebih tipis danjernihdaripadasebelumsublmasi.
Berdasarkanhasilperhitungan %rendemenkristaladalah 74%, nilai % rendemeninitidakterlaluakurat (kurangmendekati 100%), halinidisebabkansaatpraktikum, yaitu:
1.      Naftalen yang diletakkandidalamgelaskimiatidakterpusatditengah (tercecer), sehinggaketika proses sublimasi, tidaksemuamenempelpadaerlenmeyerdankarenaluasnyapermuakaantempatnaftalendiletakkan, sehinggasebagianmenguapkeudara
2.      luaspermukaanerlenmeyer yang besar, sehinggakristalnaftalentersebarkesegalabagianbawaherlenmeyer, baik di tengahataupundisampingannya, sehinggamenyulitkanketikadilakukanpengambilandengan spatula
3.      kristal yang terbentuktidaksemuaterbawaoleh spatula, karenasulitnyasaatpengambilandimanaesbatudalamerlenmeyer yang mulaimencair, sehinggakristalberairdanmenyulitkansaatpengambilandengan spatula.


KESIMPULAN

Rendemen yang diperolehdarihasilperhitunganadalah93, 5%
Prinsippemisahandanpemurnianzatpadatdenganteknikrekristalisasididasarkanpada  adanyaperbedaankelarutanzatpadatdalampelarutmurnimaupunpelarutcampuran.
     Pemurniandenganmetodasublimasidapatdilakukankarenaadanyaperbedaankemampuanuntukmenyublimpadasuhutertentuantarazatmurnidanpengotornya.
     Kriteriapelarut yang baikyaitu; tidakbereaksidenganzatpadat yang akandirekristalisasi, zatpadatnyaharusmempunyakelarutanterbatas (sebagian) ataurelatiftaklarutdalampelarutpadasuhukamaratausuhukristalisasi, zatpadatnyamempunyaikelarutan yang tinggi (larutbaik) dalamsuhudidihpelarutnya, titikdidihpelaruttidakmelebihititiklelehzatpadat yang akandirekristalisasi.
Daftar pustaka
Arsyad,m.Natsir.2001.kamus kamus kimia dan arti penjelasan istilah.gramedia.jakarta
Keenan, Charles W. dkk., 1992, Kimia UntukUniversitasJilid 2, Erlangga. Jakarta.
Riswiyanto.,RidlaBakri, BayuPrawira., Sains Indonesia 7 (3): 75-80., 2003. TahunPublikasi:
2003. Status Publikasi,Nasional











V.                Kesimpulan
1.      Titik leleh naftalen di dapatkan 65°C.
2.      Kristal berbentuk seperti lempengan kasa yang tipis.
3.      Hasil rendemen yang di dapatkan yaitu 93,5%.

VI.             Daftar Pustaka

Heru., M. 2013 http://anythingforbook.blogspot.com/2013/02/proses-sublimasi.html. [Diakses pada tanggal 04 Maret 2015].
Kusnandini. 2011. http://kusnandini.wordpress.com/2011/04/30/pemisahan-dan-pemurnian-zat-padat/. [Diakses pada tanggal 04 Maret 2015].
Petrucci, Ralph H dan seminar. 1987. Kimia Dasar. Jilid 1. Jakarta:                   Erlangga.
Riswiyanto., Ridla Bakri, Bayu Prawira. Sains Indonesia 7 (3): 75-80., 2003. Tahun Publikasi, : 2003. Status Publikasi, : Nasional.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. ITB : Bandung.





VII.          Lampiran  

  

  

2 komentar:

  1. What Does make money? - WorkPacker
    How does a make money betting website work in this case? How does a sportsbook become a หาเงินออนไลน์ sportsbook? When does the online sportsbook become a

    BalasHapus